Just Friend's Scenario

Vina Marlina
Chapter #12

New Life

Bukan tanpa alasan Debby terkejut.

Fakta bahwa Kirana dan Adimas sudah bersahabat sejak kecil memang sudah banyak diketahui orang-orang. Masalahnya, Debby belum pernah melihat Kirana dan Adimas bersikap seintim sekarang. Ia terus menyorot tangan keduanya.

Tautan tangan itu mutual! Mereka saling menggenggam satu sama lain. Oh, My God! Debby susah payah menahan pekikan. Tanpa sadar menggigiti jari jemari kanannya saking merasa gemas.

"Gue jelasin nanti. Gue mau minta tolong kasihin lukisan ini ke panitia! Thanks, yaaaa, Deb!"

Kirana mengambil alih lukisan di tangan Adimas lalu menyerahkannya pada gadis yang sedang bersetelan cosplay ala Fluffy One Piece itu. Setelah itu, Kirana menggamit lengan Adimas supaya pergi ke arah tempat parkir terburu-buru. Meninggalkan Debby yang tercengang di tempatnya.

Itu Adimas yang terkenal judes itu, kan?! Dulu sekali, sewaktu mereka masih berstatus mahasiswa baru. Pernah Debby melihat Kirana mengganduli Adimas seperti saat ini, tapi cowok itu langsung mencak-mencak menolak. Jadi, apa yang membuatnya mendadak berubah?

“Wah, wah, wah... Gosip gede!” Debby menangkupkan dua tangan menutup mulutnya supaya tidak kelepasan histeris. Kakinya menghentak-hentak tanah, menyebabkan topi kuning lebar yang dikenakannya jadi bergoyang-goyang. "Tapi... si Bobby gimana?"

Debby baru tersadar. Ekspresinya berubah bingung, lalu pelan-pelan dihiasi kengerian begitu memikirkan satu kemungkinan.

"Masa si Kiki poliandri?!"

"Lo belum jawab pertanyaan gue, Ki," Setibanya di parkiran, Adimas mengingatkan.

"Aduh, Dim. Gue lagi males bahas dia. Pokoknya gue sama dia udah putus. Titik! Bisa fokus soal kita aja nggak?" Kirana menyahut malas-malasan. Ajaibnya, mendengar kalimat terakhir Kirana, bara api di dada Adimas berangsur mereda.

Tentang kita.

Boleh juga. Ia suka ide itu. Adimas tak bisa menahan senyuman. Angannya seketika membayangkan kehidupan yang akan dijalani bersama Kirana ke depannya.

***

Keriuhan di kediaman Kirana dan Adimas belum berakhir.

Tenda dalam proses pembongkaran. Para tetangga dekat terlihat masih berada di sekitar, membantu membereskan sisa-sisa kekacauan yang ditinggalkan para tamu undangan di area lokasi.

Di dalam rumah, pak Hambali sibuk menyusut air matanya.

Malam ini merupakan malam terakhirnya di Bandung. Besok pagi-pagi sekali, orang tua Kirana harus segera ke bandara.

"Jaga diri kamu baik-baik, Ki. Papi janji liburan semester nanti akan langsung ke Bandung!"

"Iya, Pi..." Kirana menjawab cepat.

"Kalau ada masalah, langsung telpon Papi. Dua puluh empat jam waktu Papi pasti ada buat kamu, Ki.

"Iya, Pi..."

"Jangan terlalu capek. Kalo ada yang jahatin kamu di kampus, bilang aja kamu anaknya Pak Hambali..."

"Iya, Pi..."

"Kenapa kamu cuma iya-iya aja," protes papi, membersut hidungnya keras-keras.

"Habisnya harus gimana, Pi. "

"Belajarlah jadi isteri yang baik, Ki," Mami serius mewanti-wanti, sembari menghitung jumlah koper dan barang bawaan dalam kardus di atas lantai.

Lihat selengkapnya