Adimas terbangun di tengah malam. Bukan karena ia mendengar dengkuran keras Medi di lantai bawah, tapi karena ia belum terbiasa tidur di atas karpet yang dingin di ruang keluarga. Sebagiannya lagi, ia merasa gelisah kalau teringat besok akan melakukan grand opening toko online nya. Otaknya menjadi siaga.
Kira-kira akan bagaimana respon masyarakat. Menyambut baik? Biasa-biasa saja?
Dana investasi yang ia tanam memang tidak terlalu banyak. Tapi ia sangat ingin membantu bunda. Apalagi sekarang, ia sudah mempunyai tanggung jawab lain. Sebelum papi Kirana pergi, beliau sempat memanggilnya dan berbicara empat mata. Papi Kirana menyerahkan kepengurusan kontrakan milik keluarga di Bandung untuk ia olah dan pakai apabila diperlukan.
"Jangan dibutakan gengsi, " kata papi. "Harga diri lelaki tidak akan jatuh karena ingin menyenangkan istri. Pakai uang itu kalau perlu. "
Dengan kata lain, papi ingin Adimas membahagiakan Kirana.
Adimas harap, semoga ia bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan Kirana menggunakan hasil keringatnya sendiri. Itu akan lebih bermakna.
Menyerah untuk meneruskan kembali tidurnya, Adimas bangkit dan memutar kenop pintu kamarnya hingga membuka.
Tampak bunda dan Kirana sedang tertidur pulas dengan berdempetan di kasur berukuran tidak terlalu besar itu. Bibir Adimas mengukir senyuman. Menatapi mereka penuh rasa sayang. Ada dua wanita kesayangan yang harus ia jaga mulai sekarang. Ia harus lebih kuat. Setelah puas mengamati mereka selama beberapa lama, amat perlahan, pintunya kembali ia tutup.
Hamparan sajadah digelar. Adimas menghabiskan sisa malam itu dengan menyerahkan seluruh pengharapannya pada Sang Pemilik Semesta.
Hari selanjutnya menyapa tanpa terasa.
Kang Fajri tiba di ruko dan dibuat terperanjat mendengar kabar baik Adimas melalui Medi dan Yasser. Pukul enam pagi mereka sudah berkumpul di lantai bawah ruko.
"Masyaa Allah, barakallahulaku wa baraka 'alaikum, semoga Allah memberikan keberkahan pada kalian..." sambut Kang Fajri sumringah, saat Adimas terlihat menuruni tangga.
"Aamiiin. Hatur nuhun, Kang." Adimas tersenyum dikulum, membawa turun panci magic com. Di belakangnya, bunda dan Kirana masing-masing membawa piring berisi lauk pauk untuk sarapan.
"Wah, ini pasti bunda dan istrinya Dimas, ya?" Kang Fajri menyapa sopan sambil menangkup dua tangan di depan dadanya.