Takdir. Semua ini terjadi karena memang sudah ditakdirkan akan terjadi. Aku yang putus asa ini ditakdirkan merasakan semua penderitaan ini dan bertemu dengan mereka berdua. Dua orang yang mampu membuatku bimbang akan keputusan yang telah kubuat dalam sesaat yang mungkin akan membuatku menghilang dari dunia ini.
Berusaha menjadi orang yang berguna dan dapat diandalkan di antara orang-orang di sekitarku, membuatku harus memakai topeng untuk menutupi perasaanku yang sebenarnya. Sebaik mungkin melakukan apa yang diinginkan orang lain tanpa sadar sudah merubah diriku yang sebenarnya, jati diriku perlahan mulai menghilang. Pelan tapi pasti, aku kehilangan diriku yang dulu.
Perkataan setiap orang selalu terngiang-ngiang dalam kepalaku. Setiap hari. Aku selalu memikirkan perkataan mereka semua. Di sekolah. Di rumah. Tak ada hari untuk berhenti memikirkan omongan mereka. Tidak ada teman. Tidak ada keluarga. Tidak ada seseorang untuk mendengarkan keluh kesahku yang selama ini kurasakan.
Apa salahku pada mereka? Aku bahkan tidak melakukan hal yang jahat pada mereka. Aku tidak tahu apa salahku, mereka tidak memberitahuku apapun yang mereka keluhkan tentangku. Setidaknya beri tahu apa salahku, bukan langsung menjauhiku. Mereka membuatku seolah tidak pernah ada di dunia ini. Hal yang sering kali kupertanyakan, kenapa aku lahir ke dunia ini?
Aku bukanlah seorang pendiam. Aku bukan orang introver. Aku orang yang ceria dan sangat aktif, dulunya. Sampai mereka membuatku menjadi seperti ini. Mungkin ini bukan sepenuhnya salah mereka. Mungkin karena aku yang terlalu sensitif saja. Mungkin.