Beberapa kali, mungkin lebih. Ada banyak sekali siswa di sekolah ini yang berusaha memprotes dan menegurku atas apa yang kulakukan pada mereka. Padahal yang kulakukan hanyalah mengungkapkan fakta, apakah itu termasuk perbuatan yang salah?
Seseorang juga pernah mengajakku berkelahi, dia menantangku. Tentu saja aku tidak meladeninya. Aku tidak pandai dalam berkelahi, untuk apa aku mau menerima ajakannya. Salah satu hal yang pasti, jika dia pandai dalam berkelahi, dia pasti akan selalu menyelesaikan masalah dengan kekuatan atau kekerasan. Aku sangat mengenalnya, dia memang terkenal sering berkelahi dan sering masuk ke ruang kepala sekolah karenanya, dia membuat hal itu tampak seperti sebuah kebiasaan yang sewajarnya dia lakukan sehari-hari. Tentu saja yang harus kulakukan untuk menghindari ajakannya adalah, ya dengan mengungkapkan fakta-fakta tentangnya. Cukup hanya dengan fakta-fakta tentangnya saja.
Seorang laki-laki bertubuh besar dan tinggi berjalan mendekatiku. “Untuk mempersingkat waktu, aku akan langsung ke intinya saja. Aku tak mengenalmu bung dan aku tak pernah mau mengganggumu. Karena itu, bisakah kau berhenti melakukan kegiatan supranaturalmu itu pada temanku? Bisakah kau berhenti melakukan itu? Apa yang kau lakukan itu benar-benar mengganggu teman-temanku.” Katanya tiba-tiba sambil menggoyangkan tangannya yang besar.
“Aku kenal kau,” kataku. “Kau adalah pria berotak kecil yang selalu menyelesaikan masalah dengan perkelahian.”
Dia tak bereaksi. “Dengar, aku mencoba berbaik hati padamu di sini bocah sialan! Jangan coba-coba memancingku.” Katanya.
Tidak sampai dua menit percakapan kami dimulai, siswa-siswa mulai berdatangan dan berkerumun di sekitar kami. “Aku memang sengaja memancingmu, memancing kepintaranmu. Apakah kau masih memiliki akal untuk berpikir atau tidak.” Menguji keberuntungan, aku berpaling darinya dan melihat ke luar jendela.