Justin & Misteri Puding Merah (bagian 1)

Arzen Rui
Chapter #8

DELAPAN

Claire berjalan memimpin. Dia langsung mengetuk pintu dengan antusias saat berada di depan pintu. Ketukan yang pertama tidak membuat pintu itu terbuka. Meninggalkan Claire yang sedang sibuk dengan pintu, aku berjalan-jalan memandangi bagian depan rumah itu, melihat-lihat halaman depan rumah. Ada setidaknya tiga kamera pengawas yang diletakkan di bagian depan rumah ini. Satu di letakkan di atas garasi, dan dua lainnya di letakkan di atas di sudut pintu dengan jarak sepuluh meter dari satu kamera ke kamera yang satunya lagi. “Sebesar apa rumah ini, ke mana mereka semua?”

“Jangan jadi orang yang tidak sabaran. Harusnya kau tahu apa fungsi kamera pengawas itu,” katanya menunjuk kamera pengawas yang terletak di atas pintu. “Mereka pasti sedang memeriksa kita dari dalam sana. Lambaikan tanganmu ke kamera.”

Aku melambaikan tanganku ke kamera. Claire kembali mengetuk pintu, kali ini dia mengetuk dengan sangat keras. “Aku sudah mengetuk tiga kali, tanganku sakit. Giliranmu.”

Aku maju ke depan pintu. “Tidak ada yang menyuruhmu mengetuk pintu dengan keras.” Kataku, lalu mengetuk pintu itu dua kali.

Tiga menit berlalu setelah ketukan keduaku, ada suara nyaring terdengar dari dalam rumah. Tak lama kemudian pintu itu terbuka. Muncul seorang wanita bertubuh kurus, berkulit putih, dengan raut wajah yang menakutkan. Menatap kami berdua dengan kesal. “Apa yang sedang kalian lakukan di rumahku?” serunya setelah pintu terbuka.

“Maaf nyonya bila kami berdua mengganggu waktu bersantai Anda. Tapi kami ada keperluan dengan putri Anda, bisakah kami bertemu dengannya?” kata Claire ramah.

“Ada urusan apa kalian dengan putriku? Dia sedang tidak ada di rumah.” Kata wanita yang mulai kelihatan tua itu.

Wanita itu memiliki banyak sekali kerutan di samping matanya. Matanya memelototi kami setiap ada dari salah satu kami yang berbicara, matanya tampak tegang seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Sekarang dia melipat tangannya tepat di depan dadanya. Kini sosoknya menjadi tampak sangat angkuh.

“Kalau begitu izinkan saya bertanya,” Claire menatap sinis wanita itu. “Di antara dua mobil di depan itu, yang manakah yang Anda lebih suka untuk dipakai berjalan-jalan?” tiba-tiba Claire merubah cara bicara serta nadanya.

“Apa urusanmu?” ucapnya ketus.

“Aku hanya sekadar bertanya, apakah kau keberatan menjawab pertanyaan sederhana seperti itu?”

Lihat selengkapnya