Kabar dari Priangan

Umurnya sudah lebih dari dua puluh, memang sejak umur lima belas ia sudah menjadi santri, perjalanan hidup yang ditentukan oleh sang Rama untuknya. Selama itu pula ia memendam keinginan mengikuti jejak kangmasnya Sudjipto yang terbang jauh ke Eropa.

"Kalau nanti Adimas ingin menyusul kangmas ke Eropa, kirimlah surat."

"Tentu kangmas, aku akan menyusul kangmas." Jawabnya saat melepas kepergian Sudjipto.

Ia masih mengingatnya, Sudjipto memang berhasil di Eropa, bahkan saat ini ia bekerja sebagai direktur di penerbitan terbesar di Eropa, beberapa kali Jaka Samudera pernah melihat korannya yang juga terbit di Hindia. Dan koran itu harum, semerbak gelora perubahan.

Sudjipto adalah putra kedua Adipati Wengker dan Gusti ayu, yang pertama adalah mendiang Sutomo, mati muda di Batavia pada saat melakukan protes kebijakan tanam paksa, dulu Jaka Samudera masih terlalu kecil, hingga saat ini Jaka Samudera tidak pernah tahu bagaimana kisah Sutomo.

Dan putra yang paling muda adalah Adiwangsa lidah jawa memanggilnya Adiwongso, yang berganti menjadi Jaka Samudera setelah pulang dari Ponorogo.

Ia mengingat tentang Sudjipto, seorang yang mengagumkan, memiliki keteguhan dalam pemikiran, tulisan, serta kebijaksanaannya. Sudjipto menolak pulang ke Wengker, ia menolak menjadi penerus setelah Ramanya, dan sampai saat ini Jaka Samudera tidak pernah bertemu dengannya lagi, janji menyusul belum juga dapat ditunaikan, barangkali tidak akan pernah.

Malam itu di bilik bambu kamar para santri, ia menyalakan lilin kecil, teman-temannya sudah tertidur pulas, hanya ada suara pohon bambu tertiup angin dan sesekali suara orang mendengkur.

Ia mengambil pena dan secarik kertas.

****

𝙺𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊

𝚔𝚊𝚔𝚊𝚗𝚐𝚖𝚊𝚜 𝚁𝚊𝚍𝚎𝚗 𝚂𝚞𝚍𝚓𝚒𝚙𝚝𝚘,

𝙳𝚒 𝚗𝚎𝚐𝚊𝚛𝚊 𝚍𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚞𝚝𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚊𝚜.

𝚂𝚎𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚕𝚎𝚖 𝚔𝚞 𝚑𝚊𝚝𝚞𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚠𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚔𝚒𝚖𝚞 𝚔𝚊𝚗𝚐𝚖𝚊𝚜, 𝚜𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚍𝚒 𝚗𝚎𝚐𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚔𝚎 𝚝𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚖𝚊𝚖𝚙𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚝𝚒𝚖𝚞.

𝙼𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚛𝚎𝚖𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚗𝚊𝚑 𝙿𝚛𝚒𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚒𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚗𝚐𝚖𝚊𝚜𝚔𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚑𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚋𝚊𝚛, 𝚑𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚞𝚙𝚊. 𝙺𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚆𝚎𝚗𝚐𝚔𝚎𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚊𝚗𝚊𝚗𝚍𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚔𝚎 𝙿𝚛𝚒𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚒𝚋𝚞𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚕𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚕𝚒𝚝𝚊 𝚍𝚒 𝚔𝚊𝚖𝚊𝚛𝚖𝚞.