Kabar dari Priangan

Ridhawd
Chapter #11

Riuh di Kadupawitan

Kadupawitan malam itu sudah senyap, semua orang telah melupakan riuh hari tadi di rumah wedana dan memilih berkemul dalam selimut.

Di bawah rembulan yang bulat sempurna, angin semilir menggoyangkan daun bambu, suara kodok dan jangkrik bersahut, memecah keheningan dalam kepala Jaka Samudera.

Aman dan Usman telah lelap, sedikit mendengkur dalam kelelahan.

Di pojok kamar itu ia membuka kitab, hendak menyalin. Tidak jadi. Ia tutup kembali.

Ia meminum air dari kendi, tenggorokan dan dadanya terasa dingin. Seekor cicak berdecak di tembok bilik pesantren.

Jaka Samudera merebahkan tubuh di samping Usman, teringat pada Asmarani. Tubuhnya berguling ke kanan, menatap pada pintu kayu bercelah di atasnya, sinar lampu cempor tertiup angin semilir.

Betapa banyak yang ingin mendekatinya.. Jaka Samudera membatin, teringat cerita Usman dan Aman tentang pemuda desa sebelah yang sedang mengintip dari jendela wedana. Mereka membawa golok, hendak merampok rumah yang sedang terkepung massa itu, bila berhasil ingin menyandra Asmarani juga, katanya.

Jaka Samudera mendengus lirih, senyumnya miring terasa getir, Ia rasakan benci dan menggelikan tertuju pada para pemuda peminum tuak itu.

Ia ingat pagi tadi, air matanya yang basah, pucat, seorang diri di tengah jalan. Kabut pagi tak mampu menyembunyikan wajah itu. Betapa rupa ciptaan-Nya begitu pantas... seolah tiap lekuknya telah dirancang tanpa cela.

Ia rasakan tangan yang menggenggam erat pada bajunya, serta napas hangat di belakang bahunya, betapa hening, tak ada kata apapun yang terdengar dari gadis itu, hanya deru bayang rusuh dalam hatinya yang sedang keruh.

Ia memejamkan mata, riuh di rumah wedana tadi belum lagi hilang dalam benaknya, segala aduan lurah menyesakkan dadanya.

Apakah seperti ini rasanya menjadi pejabat?

Ia tidak pernah melihat langsung Rama, ayahnya di Wengker dalam sidang pertemuan, atau pada saat menghadapi rakyat. Dalam ingatannya, sang Adipati lebih sering duduk dengan pejabat Belanda.

Apakah rakyat Wengker sudah bebas dari persoalan seperti rakyat Kadupawitan yang jauh lebih kecil ini? Ia tak bisa menjawab.

Lihat selengkapnya