Kabar dari Priangan

Ridhawd
Chapter #26

Komandan Opsir Priangan

Ia tiba di Batavia, mengunjungi rumah bergaya Eropa yang megah dan terawat, lalu berdiri di pelataran. Menunggu tuan rumah.

"Bung Pati!" Seorang lelaki Eropa menyambutnya. Komandan opsir Priangan. William van Bredson.

"Maaf tidak memberitahu dulu."

"Duduklah. Apa kau habis mengunjungi kekasihmu?"

"Kau memang selalu tahu."

"Kekasihmu yang mana?"

"Sial! Aku hanya punya satu." Keduanya tertawa.

Seorang pembantu pribumi menyuguhi kopi.

"Begini kawan... Kau ingat Sudjipto?" William memicingkan mata. Mengangguk.

"Tentu. Anak Bupati Wengker."

"Adiknya ada di Priangan. Dia telah melamar calon istriku."

William mengerutkan dahi. Tak ada suara dalam beberapa detik. Lalu tawanya pecah menggelegar.

"Bukankah di Eropa kau dan Sudjipto juga pernah menyukai perempuan yang sama?"

"Ya. Dan sekarang adiknya yang berulah.."

"Tragis sekali."

William masih terbahak.

Tawa dan ejekan William tidak lagi melukainya. Suradipati masih membawa perih dari Kadupawitan.

Matahari masih begitu muda saat ia tiba pada kunjungan keduanya di Kadupawitan. Wedana belum lagi berangkat menuju kantor kawedanaan, masih berkaus kutang dan bersarung. Secangkir kopi mengepul dengan rebusan pisang kepok.

Pada kedekatan antara paman dan keponakan disampaikannya keinginan menikahi Asmarani.

Ia lirik bibinya yang tersenyum sumringah - berbinar.

Sebuah kalung emas telah ia haturkan, betapa percaya akan tersemat di leher Asmarani hari itu juga.

Namun pamannya Wedana Kadupawitan terdiam. Diam yang membekukan. Menggetarkan dada.

"Soal ini biar dimusyawarahkan dulu, kita butuh mufakat dan jawaban dari Asmarani juga."

Begitulah pamannya menjawab dan berlalu meninggalkannya. Sedang bibinya terdiam, menahan malu. 

Entah ilham apa yang membuat ia menoleh pada bufet pajangan, sebuah keris asing di antara kujang pusaka.

Lihat selengkapnya