Makan malam tiba. Karyawan administrasi sudah pulang dari pukul lima sore. Minanti sedang menyiapkan peralatan makan di meja makan persegi panjang. Sebagai pengurus rumah utama, Minanti punya jam kerja terlama dibanding karyawan lain. Dia baru akan pulang setelah urusan makan malam rampung.
Beberapa menu mengepulkan aroma rempah yang seolah itu suara sirine sedang memanggil monster-monster dalam perut. Na yang monster dalam perutnya sudah menggelinjang segera merapat ke meja makan. Sajian makan malam hari ini terlalu banyak untuk dirinya, ibunya, ditambah Minanti.
"Siapa yang mau datang?" Na mendekat menuruti rasa lapar sekaligus rasa rindunya akan bau-bauan rempah yang dioseng, dibakar, dan diaduk dalam panci lorek berisi kuah santan. Makanan-makanan di atas meja seperti permata yang berkilau di matanya. Na tergiur.
"Iriana. Dia mau menyapa kamu," ujar Inggrid membantu Minanti menata peralatan makan. Denting suara piring terantuk tidak terhindarkan. "Kenapa tanganmu?" tanya Inggrid melihat telapak tangan putrinya dibebat sarung tangan medis.
"Terkilir. Tidak serius. Aku sering mengalaminya di musim dingin."
"Sudah pernah dibawa ke dokter?" Inggrid menunjukkan ekspresi khawatir yang membuat Na tersenyum senang. Senang mendapat perhatian dari ibunya yang sekian lama begitu ia rindu.
"Tak apa, Ma, akan membaik dengan sendirinya. Bibi Margaret biasanya hanya melarangku membawa barang-barang yang berat untuk beberapa waktu."
"Apa karena perjalanan panjang menyeret koper?" celetuk Minanti.
"Yeah, bisa jadi." Na tidak perlu mencari-cari alasan. Minanti boleh juga.
Sebenarnya tangan Na terkilir karena memaksa menggali lebih banyak kenangan adiknya dalam pigura foto di kamar Sabastian. Energi foto itu terlampau besar. Makhluk yang ibunya puja menambah beban energi itu. Na tidak sanggup mengendalikannya, membuat tangannya terkilir oleh sentakan energi yang sengit.
"Mengapa tidak mengabari Mama kalau pulang lebih awal, padahal Adi bisa membantumu membawa koper dari bandara."
"Itu di luar tupoksi mandor pabrik. Mama bisa membuat orang lain bekerja tidak nyaman."
"Kalian bukannya berteman," gerutu Inggrid.
Deru mobil terdengar mendekati teras rumah utama. Minanti merepet ke jendela, mengintip keluar.