Rumahku tidaklah besar, akan tetapi halaman belakangnya cukup luas untuk membangun rumah kaca sendiri. Kubeli dari seorang kakek tanpa memugar gaya bangunannya yang kata orang sudah ketinggalan zaman. Ini rumah yang sederhana, teduh, tenang, dan jauh dari tetangga. Apabila aku menghamburkan uang untuk merombaknya, mengikuti desain rumah kekinian, kesahajaannya bakal hilang. Sudah pasti aku tak mau.
Di sini aku tinggal seorang diri. Keseharianku selain bekerja di pabrik, aku tertarik mempelajari ilmu botani. Paman Manuku–pemilik yayasan panti asuhan yang telah membesarkanku–menyokong semua keperluan eksperimen. Ada sebuah ruang rahasia di area belakang rumah. Laboratorium kecil. Di tempat itu aku diam-diam bertindak sesuka hati. Aku bisa mengembangbiakkan tumbuhan langka, merekayasa gennya, hingga menciptakan varietas anyar melalui persilangan antar gen tumbuhan. Hasilnya, menakjubkan. Semua tanaman yang berhasil lahir dari percobaan di laboratorium kuletakkan di dalam rumah kaca.
Laboratorium itu dipenuhi peralatan dan perlengkapan serba steril. Mulai dari timbangan biji yang memiliki tingkat akurasi tinggi, mikroskop, laminar air flow, sampai mesin autoklaf dan masih banyak lagi. Jelas ini bukan laboratorium kaleng-kaleng meski tergolong kecil. Tanpa pendanaan dari Paman, aku tidak akan memiliki semua yang kubutuhkan di sini.
Meja-meja panjang dalam ruangan itu dipadati wadah-wadah berbahan kaca. Salah menggeser sikut saja bisa menjatuhkan salah satunya atau beberapa sekaligus. Karena ruangannya terlalu mungil untuk menampung semua ini, maka dari itu aku tak mengizinkan sembarang orang memasukinya, termasuk Paman sendiri. Deretan rak tingkat berisi botol-botol kaca yang disorot lampu juga nampak rapuh bagi mereka yang asing dengan dunia biologi.
Biasanya aku mendulang untung apabila tanaman langka hasil budidayaku laku dijual. Jangkauanku bisa sampai ke luar negeri. Khusus tanaman-tanaman eksklusif semacam tanaman hias hasil rekayasa genetik, harganya fantastis. Soal pengiriman, prosesnya berjalan rahasia karena di banyak negara, masing-masing punya sistem regulasi yang berbeda-beda menyangkut persebaran tanaman rekayasa.
Aku paham betul apa yang tengah kukerjakan ini menyalahi protokol dan bisa menimbulkan masalah internasional. Seluruh dunia pasti ingin memenjarakanku jika tahu kesibukanku yang membahayakan keseimbangan alam. Kebanyakan tanaman-tanaman hasil rekayasa genetik berisiko memuat racun dan alergen yang bisa membunuh dengan cepat makhluk hidup yang memakannya, menyentuhnya, atau bahkan menciumnya. Dimulai dari Hama, Hama akan terbunuh bila memakan daun, buah, maupun bunganya. Walaupun sebutannya hama, akan tetapi hama juga menempati rantai makanan. Dalam rantai makanan, beberapa jenis hama merupakan makanan penting untuk hewan lain. Tidak dapat dibayangkan bila satu spesies dalam rantai makanan punah.
Lain halnya dengan gulma. Kehadiran tanaman rekayasa genetik di lingkungan lepas sangat memungkinkan melahirkan spesies baru gulma yang lebih resisten terhadap herbisida dan akan terus menyedot unsur hara dari tanaman berharga yang tumbuh di lahan yang sama. Ada yang bilang manfaat tanaman rekayasa genetik tidak lebih besar dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Intinya, semua yang kukerjakan di laboratorium dicekal banyak negara karena dianggap memulai semacam kepunahan beruntun makhluk hidup di bumi. Tapi demi apa pun, aku tidak ingin itu sampai terjadi. Aku sedang merumuskan jalan keluarnya di laboratorium ini. Sungguh, aku telah bersumpah.
Aku sudah di ujung tombak sejak polisi Interpol mengendus operasiku ketika paket yang kukirimkan tertangkap tangan di bandara luar negeri. Awalnya mereka mengira tanaman itu hanya tanaman hias tropis biasa. Lambat naun, satu di antara mereka, yakni pecinta tanaman hias yang mengerti seluk beluk budidaya flora mempertanyakan jenis tanaman yang kujual. Mereka mencurigaiku, memasukkan namaku dalam blue notice mereka.
Interpol memburuku ke mana pun aku membunglon. Menjadi pegawai bank; aku pernah, menjadi penjaga warteg; aku pernah, sampai kini menjadi karyawan pabrik. Inilah alasanku hidup berpindah-pindah tempat. Darah teroris yang mengalir dalam tubuhku sangat berguna. Aku sampai pernah vakum untuk sementara waktu dari sains berbahaya ini hingga di rumah inilah akhirnya aku memindahkan markasku.
Sejujurnya aku sedikit marah pada kebijakan yang tidak adil. Teknologi tak henti-hentinya terus berkembang, sementara terobosanku tersandung-sandung oleh orang-orang munafik yang sok prihatin. Sedangkan mereka turut mengkontribusi sampah sampai luar angkasa. Mengapa mereka tidak mengadakan konvensi untuk menentang teknologi yang menghasilkan polusi dan limbah beracun? Padahal dalam berbagai penelitian dijelaskan, gas dan limbah yang dihasilkan teknologi-teknologi canggih itu adalah musuh bumi yang nyata. Oh, mungkin pernah ada, tapi mereka pura-pura tuli dan seketika buta.
Bel rumah menjerit. Ini sudah malam. Kulihat layar CCTV di sudut ruang laboratorium. Terlihat seorang pria memunggungi pintu setelah memencet bel. Aku hanya fokus mengamati mobil pikap yang diparkirnya di halaman rumahku. Lantas ingatanku terketuk. Aku teringat gerabah dan media tanam pesananku pada Ipung satu jam lalu.
Pikap itu milik Ipung. Ia biasa mengantar bubuk dan benih untuk para petani dengan kendaraan angkut itu. Aku heran, tumben sekali Ipung langsung mengirim pesananku. Kukira pesananku baru akan dikirim kemari besok pagi, kalau tidak besok sore, atau besok malam. Aku tak pernah mengharapkan Ipung mengantarkan pesananku tepat waktu karena aku hafal kebobrokan Ipung. Lagi pula terburu-buru bukan ciri khasku.
Ketika kubuka pintu rumahku, tebak siapa yang datang! Seharusnya aku tahu dia bukan Ipung yang kukenal. Adi berbalik, mengulurkan nota asli pembelian.
"Di mana Ipung?" tanyaku.
Tidakkah dia tahu, aku tidak pernah mau memakai metode pembelian yang menuntutku menyerahkan alamat dan nomor telepon. Ipung paham caraku bertransaksi dengannya. Jika polisi menyusuri setiap penjual pupuk dan media tanam di seluruh kota, melacak nota-nota penjualan mereka, maka basahlah aku.
"Dia ...." Adi terlihat sedang berpikir.