"Lembur, Pak?" canda Na membuka pintu dan duduk di kursi samping kemudi.
"Tolong katakan pada Elijah supaya menambah upah lemburku."
“Aku suka warna kemejamu,” kata Na melihat kemeja Adi yang rapi. Itu kemeja kasual yang nyaman dalam situasi apapun. “Kamu tidak serius, kan?”
“Ayolah, tentu tidak, Na. Elijah bukan orang yang punya kebiasaan membahas pekerjaan di luar lingkungan kerja.”
“Aku setuju. Kita tidak boleh melakukan hal itu.”
“Tergantung,” kata Adi. Na mengenalnya, semua orang juga mengenalnya sebagai mandor yang keras kepala.
Mereka hendak berkendara menggunakan mobil SUV milik Bu Inggrid. Na sudah minta izin pada ibunya kalau dia akan pergi makan bersama Adi di acara ulang tahun Elijah malam ini.
"Siapa lagi yang mau ikut?" Na bertanya pada Adi yang tampaknya menunggu seseorang.
"Tunggu sebentar. Kamu kalah lama di depan cermin." Adi mengintip arlojinya.
"Harto?" Na melihat Harto muncul dari kejauhan. Di antara kegelapan malam dan penerangan taman melati yang redup.
"Yah! Tadi siang dia merengek minta ikut."
Na meringis manis membayangkan serunya tingkah Harto nanti selama di perjalanan. Sejak kecil dia dan Harto selalu akur. Tampaknya semua perempuan juga akur dengan Harto dan sifat kemayunya itu.
"Minggu jika luang datanglah ke gereja merayakan Hari Raya Paskah, Na. Aku bisa menjemputmu. Kita bisa berangkat bersama, kalau kamu mau."
Na mengangguk-angguk. "Kamu ke gereja mana?"
"Masih di gereja yang sama. Kupikir kamu tidak perlu mengkhawatirkan persyaratan pindah gereja. Ayah dan bibimu dulu membangun gereja itu."
"Apa tidak apa-apa, Di?" Na cemas bilamana jemaat lain tak mengizinkannya masuk perkara masa lalu keluarganya.
"Otoritas gereja mempertahankan gereja itu ketika warga berusaha membakarnya. Pendeta Samuel sangat terpukul mendengar ayahmu jadi korban kerusuhan. Seandainya kamu mau datang, dia pasti senang menyambutmu."
"Aku mau coba datang. Besok akan kutanya ibuku. Apa dia ingin aku berangkat bersamanya atau tidak.”
"Dia menyuruhku mengajakmu beribadah." Berarti Bu Inggrid tidak akan datang. Seingat Adi, Bu Inggrid tidak pernah mengunjungi gereja yang sama dengannya. Adi lebih suka berpikir kalau Bu Inggrid beribadah di gereja lain. Tapi, Adi dengan sopan mengatakan hal lain untuk mengesampingkan pertanyaan Na yang menurutnya tak perlu dijelaskan.
Tak lama kemudian Harto sudah sangat dekat. Dia terlihat gembira dengan melenggak-lenggokan tubuhnya sambil bersenandung.
"Mas …," sapa Harto. Siku Harto nangkring di bukaan kaca mobil tepat di samping Adi. Adi terbiasa menahan diri tidak mengumpat setiap kali si gemulai Harto memanggilnya dengan suara lembek.
“Cepat masuk, To, " perintah Adi.
"Mbak Na, tuker kursi, dong!" Harto sekoyong-koyong melongokan kepalanya masuk ke jendela mobil. Adi berpaling, menjauhkan wajahnya dari Harto. Lengan tangannya kena remas.
Adi menggeleng keras sambil mendorong keluar kepala Harto pelan-pelan. Geli. Diamat-amati sekian juta kali, Adi mengakui bahwa Harto sebenarnya lebih tampan darinya. Badan Harto tinggi; sama tinggi dengannya, hidung Harto mbangir, kulitannya juga resik. Harto punya gen Londo seperti Narah, tetapi Adi memilih untuk bersikap bodoh amat soal ketampanan Harto.
"Siapa cepat dia dapat, To. Kamu denger dulu, ya! Saya gak terima alasan tukar sif besok, sakit karena masuk angin atau pilek kena angin malam, apalah itu, pokoknya saya tidak peduli. Total bolos kerja kamu kelewatan, To!" ancam Adi. Untung Harto anak Pak Bas, kalau bukan mungkin Adi sudah sejak dulu mengajukan pemecatan Harto. Mau Adi sekeras apa pun, Harto tetaplah Harto yang gemas melihat pria bertubuh tangguh macam Adi.
"Mas Adi cerewet ya, Mbak Na? Gak mood, deh!" Harto mengalah. Ia duduk di belakang kemudi. Tapi, Adi tetap tidak nyaman selama satu mobil dengan Harto si gemulai. Adi merasa leher belakangnya diawasi.
Butuh satu jam perjalanan berpindah kota. Kota yang mereka datangi secara topografi terdiri dari dataran rendah dan pesisir pantai. Di kota ini, Na serasa tenggelam dalam lautan dangkal. Imbas dari benturan energi yang membuat napasnya berat serta wajahnya memucat. Tak apa, ia hanya butuh waktu untuk beradaptasi.