Sebuah hypercar berbelok dari arteri kota ke rute yang menghubungkannya dengan pabrik dan perkebunan teh. Suara bass yang halus dari knalpot mobil menarik perhatian pengguna jalan lain, ditambah badan mobil mewah itu sukses memikat mereka. Mesinnya didesain melaju mulus di aspal jalan yang meliuk-liuk. Begitu flamboyan.
Pengemudi mobil yang hanya 10 unit di dunia itu ialah Manuku. Sepanjang perjalanan perempuan di sebelahnya terus menutup rapat identitas dirinya dengan tudung jaket.
"Apa saja yang sudah kamu ketahui tentang pabrik dan perkebunan tempatmu bekerja, Lembut?"
Yap, aku diantar Paman mengambil sepeda motorku yang tertinggal di parkiran pabrik. Sesekali aku mengintip keluar seperti mata siput yang keluar dari cangkangnya. Telah kuceritakan semua yang terjadi kemarin sore kepada Paman.
"Aku bertemu diriku versi tawanan. Kami semua dikumpulkan di lantai dua rumah utama," kataku seraya terus menutup diri dari pandangan orang-orang yang kami lalui.
"Bukankah sudah kukatakan, jangan bertamu tanpa diundang! Kau, Udoyok, Sena, dan Raden tidak bisakah sedikit patuh. Wanita setengah ular itu, apa lagi yang dia perbuat kepadamu?" Paman Manu dengan tenang meredam kekesalannya.
"Tidak ada lagi, Paman. Bu Inggrid membantu mengeluarkan Delima dari tubuhku."
"Cepat selesaikan masalah administrasimu! Akan aku urus sisanya."
"Bagaimana dengan tawanan lainnya?"
"Mereka bukan tanggung jawab kita, Lembut. Jangan sekali-kali kamu berurusan dengan iblis! Untuk kali ini, tolong menurutlah!"
Paman menjawab seperti yang ada di pikiranku. Dia yang membentuk karakter dingin anak-anak panti, tapi dibalik itu, Paman cuma tidak ingin empati kami menjadi suatu kelemahan. Kami harus bijak melihat setiap gelora peristiwa yang terjadi di depan mata kami. Paman pernah berkata, dunia tidak butuh superhero karena semesta punya langkah tersendiri memulihkan perangkatnya. Dengan memusnahkan peradaban manusia lewat satu hantaman asteroid, misalnya, maka selesai sudah.
Malahan, dia mengizinkan kami mengendalikan dunia bila itu yang kami mau. Anak-anak tertua sudah mengguncang dunia melalui propaganda. Berikutnya giliranku, Udoyok, dan Sena. Nama Udoyok dan Sena perlahan mulai muncul menjadi perhatian dunia. Baru-baru ini sebuah stasiun televisi meliput Udoyok. Operasi SAR di bawah komando Udoyok telah beberapa kali berhasil menyelamatkan sejumlah orang dalam peristiwa-peristiwa bencana besar. Lain lagi dengan Sena, Sena masuk dalam jajaran arsitek lanskap terbaik yang karyanya diakui dunia. Aku? Sejauh ini yang kulakukan hanya mengancam keanekaragaman hayati dan diburu polisi dunia.