Sesuatu menariknya ke dalam tempat yang terasa tidak asing. Aroma kertas mendominasi. Masih segar dalam ingatannya tekstur meja kerjanya yang berbahan kayu jati. Elijah membuka mata, terbangun. Tiba-tiba saja ia sudah berada di meja kerjanya di lantai dua rumah utama. Semua jendela di ruangan ini terbuka lebar. Elijah dapat melihat langit sore yang muram dari meja kerjanya. Dia kemudian melihat ke jam dinding. Jam bandul itu baru saja melewati angka lima, menandakan waktu pulang. Tidak tahu sejak kapan dan siapa yang mengganti jam dinding dengan jam bandul besar yang biasanya ada di lantai bawah. Elijah tidak terlalu suka dengan perpindahan benda itu kemari. Dentingnya menganggu sebab suaranya yang menjalar.
Kembali ke meja kerjanya. Meja Elijah penuh tumpukan kertas seperti satu bulan ditinggalkan tanpa ada yang bersedia membereskan. Seharusnya dia tidak di sini. Seharusnya dia mendaftar untuk naik gunung sebelum masa cutinya habis. Elijah melihat ke sekeliling. Biasanya ruangan ini terisi banyak karyawan administrasi. Tapi hari ini hanya ada sekitar sepuluh orang di ruangan yang sama. Mereka sibuk di bangku kerja masing-masing dengan seabrek lampiran. Ada yang menggunakan komputer, ada yang memakai mesin ketik.
"Kita pulang. Lanjutkan besok!" Elijah bangkit dari kursinya menuju jendela yang menampilkan panorama perkebunan teh, pegunungan, dan langit. Deretan ventilasi itu berjumlah lima buah jendela berbentuk kupu tarung dan bersisir. Baru saja Elijah menutup setengahnya, suara mesin ketik lalu menyinggung kesadarannya. Elijah menoleh, tak sekalinya mengenal siapa gerangan yang tengah mengoperasikan mesin tua itu. Di zaman Elijah, mesin itu hanya ditemuinya di museum atau rumah-rumah peninggalan. Oh, ya, neneknya juga punya satu.
"Stop!" seru Elijah mulai merasa ganjil dengan situasi di ruangan ini.
Orang-orang serentak berhenti untuk beberapa detik, serentak pula mereka kembali bekerja. Satu orang di salah satu meja seharusnya sudah meninggal. Elijah mengenalnya. Elijah pula yang mengurus pengunduran diri orang itu. Elijah kemudian mendekat untuk bertanya kepadanya. Rupanya masih belum yakin ia dengan keadaan. Betapa terkejutnya Elijah tatkala orang yang ditanyainya mendongak. Wajahnya bersimbah darah. Ubun-ubun kepala orang itu bolong. Barulah teringat ia bagaimana Lelaki Hitam Berselendang Kuning menghabisi orang tersebut dengan menikam ubun-ubunnya.
Sekoyong-koyong Elijah lari ketakutan menuju ruang majikannya. Terduduk Bu Inggrid di singgasananya dengan wajah berdarah-darah dan kepala nyaris terbelah. Elijah menjerit, tapi tak lama ia terbatuk. Sesuatu menjerat lehernya. Ia meraba, merasa ada tali yang semakin lama semakin erat mencekiknya.
"Kembalilah bekerja, Elijah!" kata Inggrid. Sebagian otaknya mengintip keluar dan linangan darah yang keluar dari pecahan batok kepalanya memasuki matanya.
Elijah mundur. Sudut matanya menangkap kelebatan selendang kuning. Siluet siapa lagi kalau bukan Lelaki Hitam Berselendang Kuning? Adi, pikirnya. Namun, wujud lelaki hitam itu hanya ada dalam mimpi. Katakanlah sekarang ia sedang bermimpi karena ada lagi karyawan malang yang berniat resign, maka seharusnya dia terbangun di meja makan bersama Jaka, Pak Hilmi, tentunya juga bersama lelaki hitam berselendang kuning yang diketahuinya adalah Adi. Situasi ini jelas berbeda dari mimpi-mimpi biasanya. Perasaannya menjadi was-was.
Larilah Elijah menjauhi ruangan Bu Inggrid. Sekitar sepuluh orang di ruangan administrasi tidak peduli pada langkah kakinya yang terburu-buru. Elijah berhasil meraih gagang pintu keluar, lalu mendorongnya. Pintu kantor administrasi pun terbuka. Di depannya kini berjajar banyak manekin telanjang tanpa lengan. Mereka memenuhi jalan menuju tangga turun.
“Kau tak boleh pergi. Hari ini giliranmu.” Semua manekin berkata serempak.
“Tidak! Aku tidak jadi resign. Aku menerima cuti. Aku tidak jadi resign, kok. Pasti ada kekeliruan,” teriak Elijah. Ia lanjut berlari menerobos barisan manekin. Belum sempat langkahnya menyentuh anak tangga yang cuma tinggal selangkah, sesuatu menarik tali yang menjerat lehernya dari belakang. Tubuhnya mundur dengan cepat. Elijah dikembalikan di kursi meja kerjanya tanpa tahu siapa yang menarik kasar tali itu, yang entah bagaimana tali itu bisa mengalung di lehernya, makin erat, dan makin mencekik.
Elijah menggeliat berupaya melepas tali sebesar ibu jari dari lehernya. Kakinya menendang-nendang meja. Sia-sia. Paru-parunya perlahan kehabisan oksigen. Nyeri menjalar, menyengat dada dan tengkuknya. Matanya memelotot dan terasa perih. Berharap rasa sakit ini hilang seiring dia kehilangan kesadaran. Tapi tidak. Elijah tidak akan bisa pingsan. Tidak ada ceritanya pendosa pingsan di neraka.
"Kerja, Elijah!" Suara Adi berputar. Kelebatan selendang kuning kembali mengelilinginya. "Bekerjalah maka rasa sakit yang menyiksamu perlahan akan berkurang. Percayalah, kawan!”
Di titik paling menyiksa, wajah Elijah berubah warna ungu kemerahan. Busa halus keluar dari mulutnya. Mustahil dia memiliki sisa kekuatan demi mencoba menuruti saran Adi, tapi dia memiliki sedikitnya kekuatan yang lahir dari kemauan. Elijah berhasil meraih kursor dan mengetik beberapa angka di komputer. Angka-angka itu secara ajaib mulai membantunya bernapas.
Pada akhirnya Elijah menjadi bagian dari orang-orang di ruangan ini. Mereka mesti bekerja supaya tidak tersiksa oleh rasa sakit yang tidak akan membiarkan mereka mati. Biar sekeras atau secepat apapun kinerjanya, tumpukan kertas di atas meja kerjanya tetap tidak berkurang. Selamanya Elijah harus terus menerus bekerja. Lelaki Hitam Berselendang Kuning di sampingnya membelai rambut indahnya seraya berbisik,
"Good Job, El! Selamat bekerja di sini selamanya!"
***
Kota B, DETIKNEWS - Seorang perempuan muda ditemukan tewas tergantung di kamar mandi rumahnya, di komplek perumahan dinas pabrik dan perkebunan teh Rijckloff, kota B. Korban diduga bunuh diri.
Korban diketahui berinisial UEJ (25), ditemukan pada Rabu (23/10/2017), pukul 08.20 WIB. Mulanya saksi yang merupakan ibu korban hendak menjenguk korban yang cuti kerja selama satu bulan di kediaman korban. Setelah dihubungi berulang kali melalui telepon dan tidak merespons, ibu korban kemudian mendatangi rumah korban, tapi rumah korban dalam kondisi terkunci. Dibantu warga sekitar, ibu korban membuka paksa dan menemukan korban telah tewas tergantung di kamar mandi rumahnya.
Kapolsek kota B, Nanang Siswanto mengatakan usai pihaknya melakukan olah TKP, keluarga menolak untuk dilakukan autopsi pada jenazah korban. Diduga korban nekat mengakhiri hidupnya lantaran tekanan pekerjaan. Hal tersebut didapati dari isi pesan yang ada di ponsel korban. Saat ini korban sudah dievakuasi ke RSUD setempat.