Ranah sudah tak tahan, dengan dunianya. Dengan doktrin buruk atas dirinya. Semua kerja keras yang ia usahakan untuk ikhlas menjalaninya, sama saja. Berakhir dengan makian. Entah salah apa yang sudah terprasasti pada nadi nya. Seakan semua perbuatan samadengan salah besar. Tapi di saat tak melakukan apapun juga, Ranah kena masalah.
Merasa tidak diapresiasi, tidak didukung, tidak diberi saran membangun, tidak disayang. Apakah ada alasan lebih dari itu baginya untu bertahan? Ranah pikir tidak.
Tapi di detik Ranah selalu merasa tak layak lagi bertempat tinggal di bumi, bahkan Ranah sendiri yang mendefinisikan ketidak-layakan-nya, tapi dengan sangat yakin, sahal menolak itu. Menentang dengan segenap keyakinan. Bahwa Ranah lebih mampu. Bahwa ia memilihnya karena perihal ini. Kenapa berani-beraninya sang pemilik ruh malah berkata begitu.