sudah terlalui berpekan-pekan lamanya. Kegiatan sudah sibuk lagi. Ranah dipercayai memegang amanat sebagai panitia. Jadwal pulangnya ditunda sebulan lagi. Sudah bosan ia mengumpat. Sisanya hanya tinggal dijalani.
Ada yang datang tergesa-gesa. Mengabari kalau seseorang menelpon Ranah. Suara lelaki katanya. Ia minta dikabari, kalau semenit yang lalu, ia mencari Ranah. Ranah belum percaya, karena ia tak pernah punya riwayat seseorang yang bahkan akan merindukannya dan membutuhkannya. Ia hanya kenal Hata, yang bahkan sudah mustahil mencarinya.
“kalau tidak salah, namanya Hata!”
Makin tidak percaya. Untuk apa mecari? Apa sekarang ia butuh bantuanku? Pikir Ranah. Seketika rasa gaduh menampar dada, gemuruh jantung tak bisa diabaikan. Ia terlalu keras menunjukkan suaranya ketimbang diajak sembunyi. Jujur, aku merasakan jatuh cinta lagi.