Kabari Aku Bila Hujan Turun

Naila Hafizha
Chapter #14

Perihal artis

Semua berjalan mulus. Aku dengan curhatan dan ceritaku seharian, Hata dengan insomnianya meski telah bekerja terus menerus. Kadang aku yang gundah, karena bercerita terlalu banyak, sedangkan respon Hata hanya melulu begitu. Kadang aku mulai overthink lagi, apa hanya aku yang perlu berfikir dua kali, harus mengahpus pesan teks yang sudah kukirim atau tidak? Apa hanya aku yang menganggap hari-hari tanpanya begitu hambar? Apa hanya aku yang begitu berdebar menanti jawaban pesan dari Hata?

Tapi lagi-lagi kutepis. Ia sudah menyatakan tempo hari, kalau dia rindu. Aku butuh pembuktian apa lagi selain pengakuan yang aku sendiri pun mampu merasakan seberapa dalam artinya itu.

Hata mengabari, kacamata yang dipesankan ayahnya untuknya telah tiba. Ia kirimi aku fotonya. Ah, alangkah bangganya aku, bisa jadi seseorang yang selalu ia kabari tindak tanduknya. Perasaannya, apa yang tengah ia kerjakan, rencana-rencana kegiatannya, projectnya, ambisinya. Aku senang sekali bisa jadi bagian dari hidupnya yang sibuk dan luarbiasa.

Di sekolahnya, ia dianggap penyumbang kontribusi terbesar. Karena ide dan bakatnya, serta prestasi2 yang ia raih. Ia juga membagi itu padaku. Menjadikan aku bagian dari bergelutnya pikiran pada perencanaan karyanya. Aku juga menyumbang ideku. Memberi sajak, arti, cara, dan hal-hal yang mendukung karirnya sebagai actor.

Lama sudah, aku menikmati peranku. Aku ceritakan ini pada Tara, kawanku. Seperti biasa dengan tehnik yang menggebu2. Aku jabarkan bahwa seakan akulah satu-satunya wanita paling beruntung dengan memiliki pasangan tampan, keren, dan ambisius. Aku ceritakan, betapa Hata terus mengabarinya, walau hal sekecil apapun.

Kemudian Tara terdiam.

“Ranah.”

Lihat selengkapnya