Ranah Razani.
Aku mulai ingat dengan Sahal. Kenangan singkat yang lucu bila diingat. Kami tak kenal satu sama lain. Tapi seakan aal terus datang dalam kehidupanku. Orangnya kocak. Simpel, nggak bawa ribet. Realistis, tukang bercanda yang tidak pernah serius. Dia hiburan ku kalau jenuh ditodong Surya buat bekerja. Kadang jaatnya, aku malah ajak Aal buat ghibah wkwk. Ghibahin apa aja yg mengganggu pikiranku.
Tentang surya yang mengekang, tentang panitia ujianku, tentang perpulanganku yang diundur, tentang hal-hal receh, tentang masalahku dengan design, tentang masalah underestimate ku. Apapun aku bocorkan pada Aal—mungkin hampir tanpa filter.
Kadang sampai lupa kalau dia laki-laki, dan aku harus menjaga privasi ku sebagai perempuan. Tapi Aal orang yang begitu asik, aku tak perlu berfikir dua kali untuk menunggu jawabannya. Aku nggak perlu pusing-pusing menimbang untuk menghapus pesan atau tidak setelah mengirim, beda sekali dengan ketika bersama Hata.
Mungkin karna aku tak melibatkan perasaan, kali ini. Aku menganggap sekedar melampiaskan jenuhku. Aku menganggapnya sebagai teman, yang ga perlu kupusingi gimana reaksinya. Yang penting aku bebas bercerita tanpa dikomentari.