Aku bergegas menuju lapangan. Jangan tanya betapa repotnya berlari menggunakan aksesoris yang kubuat dengan susah payah semalam. Topi kerucutku kekecilan, jadi aku menahannya dengan sebelah tangan agar tidak diterbangkan angin. Aku tidak terlalu pandai untuk mata pelajaran seni rupa. Tas kain tepung ini kudapatkan dengan "mengancam" seorang penjahit vermak lepis pakai jurus jitu yang kusebutkan di bagian kedua kisah ini. Ah, sudah kubilang, jurus itu selalu ampuh meluluhkan hati siapapun kecuali si Kriwil Surya.
"Lungga, bukan ke barisan. Kamu gabung dengan Kabek dan Arek." Sebuah suara meneriakiku dari pengeras suara. Aku celingukan mencari dua sosok yang baru kemarin kukenal. Arek nyengir memperagakan barisan giginya yang rapi sambil dadah-dadah ke arahku. Sedangkan Kabek hanya menatap sekilas dan kembali menyumbatkan earphone ke telinganya.
"Hai, emang ada apalagi, sih, kita dikumpulin bertiga lagi?" tanyaku setengah ngos-ngosan, susah payah mengatur napas.
"Katanya mau latihan bawa bendera, uhm ... apa gitu. Gue kurang paham, sih," jawab Arek. Kabek diam saja, entah mendengar atau tidak. Aku penasaran, apa sih yang didengarkan cowok itu di balik earphonenya? Jangan-jangan nggak ada apa-apa. Maksudku, kaya pelarian biar nggak kelihatan gabut.
Tidak lama setelah itu, beberapa orang senior berpakaian Pramuka lengkap mendekati kami. Salah satunya mengambil tempat paling depan dan memulai percakapan. Syahril, begitu nama yang tertulis di nametagnya.
"Selamat pagi adik-adik. Saya Syahril, dari ekskul Pramuka. Boleh dipanggil Kak Aril, biar kita lebih akrab," jelasnya, yang disambut dengan "cieee" serentak dari senior cewek. Kak Aril melempar senyum berkharisma ke arah gerombolan senior cewek berpakaian Pramuka itu.
"Hari ini kami mengumpulkan kalian bertiga, karena minggu depan itu agendanya solidaritas dan kekompakan siswa SMU Cendikia dengan siswa baru. Nah, dimulai dari upacara benderanya. Jadi kita memilih kalian bertiga buat gabung dengan kita nanti di saat upacara. Kabek, tolong buka dulu earphone kamu," lanjutnya.
Aku juga agak sebal dengan Kabek. Nggak sopan amat jadi orang. Punya masalah apa, sih, dia dengan lingkungan sekitar? Aku bahkan belum dengar apa-apa lagi dari mulutnya setelah kemarin dia menyebutkan nama panjangnya. Jangan-jangan dia ngomong pakai kuota, jadi mesti nunggu jaringan WiFi dulu baru ada sinyal.
"Oke, jadi mulai hari ini, kita akan latihan bersama untuk kelancaran upacara bendera pertama kita di tahun ajaran baru. Saya boleh tanya, ada yang pernah ikut ekskul Pramuka waktu SMP?"
"Saya, Kak." Arek mengangkat tangan.