Tasbih Ketika Bintang-bintang Terbenam

Fini Marjan
Chapter #3

Kabut (2)

Kemudian petugas itu melanjutkan penjelasan ucapannya, “Kalau di sini yang masih kosong hanya di ruang perawatan belakang, tapi beberapa bulan terakhir digunakan khusus untuk pasien dengan gejala Covid-19. Tapi melihat kondisi pasien saat ini memang membutuhkan penanganan segera. Bagaimana, Bu. Apakah mau coba dibawa ke Rumah Sakit lain dulu?”

Diana tampak sedikit bingung. Setelah menerima pendapat dari kedua anaknya akhirnya dia mantap memutuskan untuk tetap di Rumah Sakit itu agar sang suami tercinta segera mendapat pertolongan.  Informasi Dokter pada saat itu kondisi Danuar sangat kritis jadi sangat beresiko bila tak segera ditangani.

Akhirnya dengan berat hati Diana mengizinkan suaminya ditempatkan di ruang perawatan darurat khusus pasien Covid-19 karena ruang ICU sedang penuh. Tak ada hal lain yang dipikirkannya saat itu selain hanya ingin menyelamatkan nyawa suaminya. Namun ternyata takdir berkata lain, baru dua hari dirawat kondisi Danuar tak kunjung membaik hingga akahirnya, di Rumah Sakit itu Danuar dipanggil oleh Sang Khalik.

Aroma minyak kayu putih yang menyengat di hidung Diana membuatnya terbangun dan sadar dari pingsannya. Kedua anaknya, Zaki dan Zahra sedang berusaha menyadarkannya di samping kanan dan kiri dengan tangisan dan air mata yang masih terus meleleh di pipi mereka. Diana mencoba bangkit kemudian memeluk mereka. Mereka bertiga berpelukan dan tangisan yang tak mampu lagi dibendung atas kepergian Danuar untuk selama-lamanya.

Tangisan mereka pecah menembus kegelapan di langit fajar ketika bintang-bintang hendak tenggelam. Tak lama kemudian Azan Subuh pun berkumandang. Azan itu seolah menyadarkan batin mereka bahwa apa yang terjadi sepenuhnya telah menjadi takdir Allah yang harus diikhlaskan.

“Ibu, apakah sudah kuat untuk berdiri? Lebih baik kita salat dulu, yuk,”ucap Zaki kepada Ibu dan adiknya.

Lihat selengkapnya