Siapapun yang membangunkanku, akan kuperhitungkan dia.
“Airi Kagami, nomor absen 9, yang ketiga kalinya tidur saat pelajaran sejarah.”
Suara itu membuat rasa kantukku lenyap. Saat aku menengadahkan kepala, Ibu Sandra sudah berdiri di sampingku dengan kedua tangan di depan dada, kakinya pun mengetuk-etuk tidak sabar. Meski begitu, senyumnya masih terulas. Senyum manis yang memperjelas wajah cantik dari guru muda itu. Namun bagiku, itu sangat mengerikan.
“Ma-maafkan saya Bu,” tuturku perlahan, merasa cemas jika dikenakan kartu pelanggaran.
“Maaf bagaimana?” Nada suara Bu Sandra pun meninggi. “Ibu harap ini benar-benar yang terakhir kalinya, Airi. Sekarang, berdiri di depan pintu kelas hingga pelajaran Ibu selesai!”
Yah, itu adalah bagian dari keseharianku. Hei, bukan berarti aku selalu dihukum. Aku mempunyai cara tersendiri untuk bisa tidur pulas di kelas saat pelajaran—apalagi yang membosankan—dan selalu berhasil. Oh, baiklah, terkecuali jika guru yang mengajar mempunyai mata yang jeli dan—uhuk!—galak seperti Ibu Sandra tadi. Bila dibandingkan dengan Aulia, sahabat sekaligus teman sebangkuku, kami sangat berbeda.
“Nilai ulangan harian fisika milikku seratus,” ungkap gadis berkacamata padaku saat kami menikmati jajanan kantin di dalam kelas, saat istirahat pertama. Ya, dialah Aulia. “Bagaimana denganmu?”
Saat itu segigit pisang goreng di mulutku nyaris meluncur dengan mulus di tenggorokan jika aku tidak segera meneguk air mineral. “Ni-nilaiku?” Setelah mengusap dada, aku mengambil selembar kertas terlipat dari dalam tas lalu menyerahkannya pada Aulia.
Mata di balik kacamata itu melotot ketika melihat angka 65 tertulis dengan tinta merah pada kertas tersebut. Inilah yang kumaksud tadi—perbandingan antara aku dan Aulia.
“Bukankah ini ulangan harian terakhir kita?” katanya, mengambil ancang-ancang untuk menasehatiku. “Airi, jika ulangan harian saja kamu tidak bisa, bagaimana dengan try out nanti? Sudah kuduga, tidak seharusnya kamu menonton film horor hingga larut malam—atur waktumu! Ditambah lagi, kamu tidak mengikuti les. Oh, bagaimana jika aku mengajarimu? Di perpustakaan kota, itu akan sangat efektif!”
Dan, bla-bla-bla.
###
“Aku pulang!”