Kriiing!
Aku yang baru selangkah menaiki tangga, segera memutar arah menuju ruang TV untuk mengangkat telepon. Saat ini Alan belum pulang karena dia bilang akan ada kerja kelompok, sedangkan mama dan papa masih bekerja. Jadilah aku sendirian di rumah hingga sore ini.
“Halo?”
“Halo, bisa bicara dengan Alan?” Suara seorang laki-laki menyapaku.
“Oh, Bhumi ya?”
“Kak Airi? Oh, iya Kak, tadi aku ditelepon oleh Alan yang menawariku tentang pertunjukkan sulap. Aku menelepon balik untuk mengabari, bahwa papaku juga menyetujui usul yang diajukan Alan tadi,” jawabnya. Terdengar dari nada suaranya, Bhumi terlihat senang.
Tunggu sebentar, apa katanya tadi?
“Pertunjukkan sulap? Tunggu sebentar, deh. Aku baru pulang sekolah dan tidak tahu apa-apa tentang pertunjukkan sulap. Dan … apa tadi? Papamu menyetujui tawaran Alan?”
Di seberang sana, Bhumi terkikik. “Iya, Kak. Hari Jumat nanti, di acara ulang tahunku, akan ada pertunjukkan sulap dengan cermin ajaib itu. Alan yang mengusulkan hiburan itu di acaraku, dengan Kakak sebagai pesulapnya. Memangnya, Alan belum memberitahu?”
“A-apa?” Aku nyaris menjerit. “Aku? Main sulap dengan cermin ajaib itu? Tidak …! Lagi pula, aku baru pulang sekolah, dan tidak melihat tanda-tanda keberadaan Alan di rumah ini. Katanya, dia akan pulang terlambat karena ada kerja kelompok.”
“Kerja kelompok?” Giliran Bhumi yang kubuat kebingungan. “Tidak ada tugas kelompok tuh, Kak. Baru beberapa menit yang lalu Alan meneleponku! Sungguh!”
“Tapi ….”
“Ah, sudah dulu ya Kak, aku ada perlu mendadak. Pokoknya Alan sudah berjanji tentang pertunjukkan sulap itu. Aku tunggu hari Jumat, ya Kak. Dah!”
Klik. Telepon ditutup sebelum aku sempat mengelak.
###
Aku mengetukkan jari pada meja di ruang tamu. Layaknya singa menunggu buruannya mendekat, aku menunggu Alan untuk menanyakan perihal pertunjukkan sulap di acara ulang tahun Bhumi itu. Lihat saja, begitu dia pulang, akan kuomeli habis-habisan!
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Alan dicinta dia sungguh tiba! Hahaha! Begitu Alan memasuki ruang tamu dengan masih berseragam, tepat sebelum dia naik ke lantai dua, aku sudah mencegatnya.
“Hei! Alan Kagami, aku ingin bertanya padamu!” seruku heboh saat mencegahnya. Untunglah mama dan papa belum pulang sekarang. Jika iya, niatku ingin mengomeli, justru aku yang akan diomeli.