Jalanan begitu sepi dan lengang. Deru motor jarang terdengar. Semilir angin berembus, menyentuh setiap inci wajahku sehingga terasa dingin.
Krieek ....
Decitan pintu tua, membuatku menoleh ke belakang. Rupanya Aulia, Nafisah, Kharisa, dan Sher keluar dari vila tua itu. Sirat wajah mereka menunjukkan keceriaan.
“Selamat sore, Sakura!” sapa mereka serempak seraya duduk melingkar di atas tikar yang telah kugelar.
“Hai juga semuanya!” balasku.
Sambil bersenandung ceria, Kharisa mengeluarkan roti, mentega, dan beberapa selai. “Nah, sudah siap. Ayo, silakan buat sendiri rotinya!” seru Kharisa.
Semua langsung mengambil roti.
Aku mengoleskan mentega, lalu menambahinya lagi dengan selai kacang cokelat. Tanpa basa-basi, aku segera melahapnya. Nyam … nyam … nyam.
“Eh, aku mau tanya. Kok, pas keluar dari vila, kalian kayak bahagia banget. Kenapa, sih?” tanyaku.
Kebetulan, semua telah menghabiskan rotinya masing-masing.
“Ooh itu. Soalnya kita senang, ternyata di vila tua ini enggak ada apa-apa. Berita tentang hantu itu tidak benar. Dan, ini malam terakhir kita di sini. Besok pagi-pagi sekali, kita pulang!” jawab Sher mewakili semuanya.
Aulia dan Nafisah mengangguk-angguk. Berbeda dengan Kharisa yang mengerutkan dahinya sambil memilin-milin rambutnya.