Juni 2020
Arkael Luminus.
Aku menatap pecahan beling di lantai dengan mata berembun. Di hadapanku, orang yang sangat kusayangi ikut menatap dengan mata basah. Tangan kami sama-sama mengepal, namun perasaan yang kami rasakan sangatlah berbeda.
"Apa yang kamu lakukan?!" Teriakan kekecewaannya menggema ke penjuru rumah.
Sedangkan aku hanya bisa diam. Menahan tangis dan ketakutan.
Baru saja, aku tak sengaja menyenggol gelas kopinya, membuat kertas sertifikat yang sangat penting baginya basah dan hancur oleh noda hitam. Gelas terjatuh dan pecah berkeping-keping.
Sama seperti hatinya, yang seketika hancur berkeping-keping karena keteledoranku.
"Kenapa kamu nggak hati-hati?! Ini sangat penting bagi kakak!!"
Dia mendorong tubuhku, tergesa menyelamatkan kertas itu yang sebenarnya percuma, sampai tak menghiraukan teriakan sakitku karena terbentur lemari. Aku menatapnya dengan sendu.
Kakakku telah berubah. Dia seakan tak ku kenali lagi.
Dulu, bibirnya hanya melukiskan senyuman dan tawa menyenangkan, bukan kata bentakan seperti sekarang. Tangannya selalu ia gunakan untuk mengusap lembut kepalaku, menolongku ketika terjatuh, bukan mendorongku sampai terjatuh. Dan matanya, yang selalu berbinar ketika bersamaku kini tak bersisa.
Setahun terakhir semua perubahan ini terjadi.
Semenjak keretakan dirumah kami tak bisa lagi diperbaiki.
"Ada apa sih?!" Ibu memasuki kamar dan menginterupsi keributan diantara kami.
Ibu langsung terlonjak melihatku mengaduh dengan posisi terjatuh.