Kak, ayo pulang

Rain Dandelion
Chapter #5

Part 04

22 Mei 2025

Kemilau Laluna


"Terima kasih Kak Lala, telah bersedia menghadiri undangan dari kami." Kak Vera, penyelenggara seminar yang ku hadiri mengajakku bersalaman ketika acara seminar telah berakhir.

"Terima kasih kembali, sungguh sebuah kehormatan bisa bertukar ilmu di sini." Aku tersenyum senang membalas jabatan tangannya.

Aku mengobrol dengannya dan para panitia yang lain beberapa saat sebelum beranjak pulang dari tempat seminar.

"Hallo Kak, selamat sore." Aku menoleh mendapatkan sapaan tiba-tiba dari perempuan muda di depan pintu, ia bersama teman lelakinya yang sepertinya mereka adalah peserta seminar tadi. Aku tersenyum kecil menatap mereka, membalas sapaannya dengan hangat.

Namun aku terkejut setelahnya, karena lelaki di samping perempuan itu secara tiba-tiba menggenggam tanganku dengan erat.

"Kak .... Kak Mila! Ini aku, Kak .... " ucapnya antusias ke arahku yang justru membuatku mengernyit.

Mila? Who is Mila?

"Excuse me. Who are you?" tanyaku bingung karena benar-benar tak mengenali wajahnya. Kulihat perempuan yang menyapaku itu pun ikut mengernyit menatap lelaki ini.

Dan dapat kulihat tubuhnya mematung, genggaman di tanganku mengendur.

Aku perlahan melepaskan tangannya dariku.

"Oh Maaf, mungkin kamu salah orang?" Aku tersenyum menatapnya, mungkin ia salah mengenaliku sebagai orang lain.

Namun dia menggeleng, tetap menatapku dengan pandangan yang kini berubah sedih. Aku menatapnya dan mengernyit, kenapa aku ikut merasa sedih ketika menatap matanya.

"Siapa, Kael?" Perempuan itu ikut bertanya bingung kepadanya namun tak mendapat jawaban.

Dia siapa?

Apakah dia adalah salah satu orang yang mengenaliku di masalalu?

Namun aku tak bisa mengingat apapun.

"Lala!" Aku mengalihkan pandanganku ketika melihat Axel melambaikan tangan di kejauhan. Axel sudah datang menjemputku.

Aku sekali lagi menatap pemuda itu dengan perasaanku yang mulai berubah aneh.

"Saya tidak kenal kamu. Maaf, saya sudah dijemput. Permisi." Aku menatapnya untuk yang terakhir kali dan beranjak pergi.

Dan entah kenapa aku justru merasa bersalah ketika meninggalkan mereka.

Perasaan apa ini?

"Hei, kamu kenapa? Kok wajahnya seperti itu? Seminarnya nggak asik, kah?" Aku linglung sebentar mendengar pertanyaan Axel sebelum tersadar dan memberikan senyuman untuknya. Aku menggeleng kecil.

"Nggak papa kok, tadi seminarnya menyenangkan," ucapku tak sepenuhnya berbohong, seminar tadi memang cukup menyenangkan.

Axel tersenyum dan menepuk puncak kepalaku.

Lihat selengkapnya