23 Mei 2025
Kemilau Laluna
"Hei, Sayang ... are you okay?"
Tak kuhiraukan pertanyaan Axel. Pikiranku kacau, aku tergesa membongkar isi koperku. Mencari-cari barang yang selalu kubawa kemanapun aku pergi.
Napasku seketika tercekat ketika menemukannya.
Kugenggam erat-erat kalung perak dengan bandul huruf KL itu.
kalung huruf KL, gelang huruf AL.
Tanganku perlahan bergetar. Perasaan ini ... sungguh tak asing bagiku.
Tapi aku tak bisa mengingat apapun.
"Kamu sudah mengingatnya?" Axel merangkulku dari belakang. Memberiku ketenangan di tengah kemelut pikiranku yang sangat sesak.
Aku menggeleng kecil.
"Pelan-pelan ... kamu pasti bisa mengingatnya ...." Aku kembali menggeleng untuk merespon ucapan Axel.
Bertahun-tahun, teka-teki kehidupanku mulai terlihat jawabannya.
Namun aku tak menginginkan semua ini.
"Aku nggak pengin ingat semuanya, Axel .... Aku nggak mau natap ke belakang lagi," lirihku membuat Axel memelukku erat.
Axel adalah sosok yang selalu menemaniku, disaat aku asing dengan tempat baru ia selalu bersabar membantuku agar cepat beradaptasi.
Dia selalu ada untukku, apapun kondisinya.
Dialah yang paling mengerti perasaanku saat ini.
***
Juli 2020
Kemilau Laluna
Perlahan mataku terbuka. tubuhku terasa kaku, tak bisa digerakkan.
Pertama kali yang kulihat adalah cahaya lampu yang terasa begitu menyilaukan, seakan aku terlampau lama tak melihat cahaya. Aku kembali memejamkan mataku, cahayanya begitu menusuk mata.
Suara-suara di sekitar mulai memasuki telingaku, dan hidungku mulai mencium bau yang sangat tak kusukai. Bau obat-obatan.