Selama dua hari, angkatan Yasa tidak mempunyai pemimpin. Hal ini terjadi karena kelas K dan L memiliki jumlah mahasiswa yang sama yaitu tiga puluh orang, dan setiap kelas mendukung calonnya masing – masing. Terkutuklah jumlah genap itu! Selama dua hari itu mereka bermusuhan, seperti Amerika Utara dan Amerika Selatan pada waktu Perang Sipil. Jika ada anggota kelas K yang sedang makan di salah satu meja panjang kantin fakultas, maka anggota kelas L tidak akan makan di meja itu. Begitu juga jika ada anggota kelas L yang sedang membaca buku di lantai satu perpustakaan kampus, maka tidak ada satupun anggota kelas K yang mau meneruskan membaca buku di lantai itu.
Jaffar dan Abdul kemudian merencanakan koalisi, agar permusuhan antar kelas ini tidak terjadi lebih dari tiga hari. Bertemulah para lelaki kelas K dengan Abdul dan para ajudannya di kelas L. Tempat pertemuannya, di lantai dua rumah Ucok, salah satu anak kelas K yang kaya raya dan orang tuanya memiliki banyak rumah.
Delegasi kelas K diwakili oleh Jaffar, Alek, Boy, Sadut, Rahmat dan Ucok. Sedangkan Delegasi dari kelas L diwakili oleh Abdul, Ujang, seorang yang mirip Joe Taslim bernama Tomi, seorang atlet parkour bernama Marwansyah, dan lelaki yang telah digadang – gadang sebagai lelaki paling tampan di angkatan, namanya Dzul. Yang bertindak sebagai peninjau dari kelas K adalah Yasa, Khadijah, dan Dali. Sedangkan peninjau dari kelas L adalah Azhar yang senang menyanyi tiba – tiba untuk mengungkapkan perasaannya dan Ros, seorang perempuan tomboy yang hobi makan ayam goreng. Abdul langsung membuka Konferensi Rumah Ucok dengan sebuah kalimat yang penuh dengan keterbukaan.
“Sebenarnya pemilihan ketua angkatan itu sudah diatur oleh Kang Juna. Sebelumnya saya dikasih tahu dulu visi dan misi itu apa. Lalu saya menghafalkan visi misi yang sudah dibuatkan Kang Juna di kostan. Jujur, Kang Juna itu saudara saya, dia anak Uwak saya, kami tinggal satu kampung di Cirebon. Saya, mau membantu Kang Juna untuk menyukseskan kaderisasi.” Abdul dengan tenang menyampaikan kebenaran itu, sejenak berhenti dulu bicara, memberikan sinyal kepada Ujang, lalu Ujang menyalakan rokok untuk Abdul, “Saya jujur ya, teman – teman.” Sambil menghembuskan asap rokok.
“Mencederai demokrasi!” Alek tiba – tiba naik pitam.
Jaffar dan Sadut mencoba menenangkan Alek yang sudah kembang kempis dadanya. Setelah Alek tenang. Sadut bertanya dengan nada penuh ketidaktahuan.
“Kaderisasi itu apa?”
“Kaderisasi itu proses memilih orang – orang yang akan menjadi orang penting di dalam suatu organisasi, Dut.” Jaffar menjelaskan
“Ospek Dut, senior ngeospek junior.” Dzul mencoba akrab dengan Sadut.
Sadut terdiam, dia belum terlalu mengerti.
“Jadi, mau bagaimana? Orang dari kelas K atau kelas L yang jadi Ketua Angkatan? Dan, pertanyaannya belum selesai, ada satu lagi. Yang mau jadi Ketua Himpunan nanti kelas K atau kelas L?”