Kakak

Kemas Nursyamsu Iskandar
Chapter #12

Kaum Ganjil dan Kaum Genap

Anak – anak dari fakultas seni sering membuat grafitti di beberapa titik di kampus. Ada di dinding dekat lapangan baseball, ada di sepanjang pagar tembok asrama mahasiswa, paling banyak di depan perpustakaan, biasanya beberapa anak himpunan dari jurusan manapun akan membayar anak – anak dari fakultas seni untuk membuat grafitti di tembok putih depan perpustakaan untuk mempromosikan acara himpunan mereka.

Siang itu, Yasa dan Sadut menunggu perpustakaan buka kembali setelah jam istirahat siang, sambil melihat berbagai macam grafitti yang ada di depan mereka. Ada yang mempromosikan olimpiade matematika tingkat nasional, yang memiliki maskot burung hantu yang tidak pernah melepaskan baju wisudanya. Ada juga Education Fair yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi yang memiliki maskot orangutan yang memakai jas laboratorium. Lomba futsal tingkat SMA se-Jawa Barat juga dipromosikan, menggunakan maskot anak harimau yang memakai baju pemain sepakbola yang didominasi warna biru, sudah terlatih berlari dengan kedua kakinya dan bisa bergaya seperti Christiano Ronaldo. Yang paling Yasa sukai adalah gambar Presiden Soekarno yang sedang berteriak : Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya! Beri aku sepuluh pemuda! Niscaya akan kuguncangkan dunia!  

Setelah menjadi anggota himpunan, Yasa dan Sadut semakin percaya diri di dalam menjalani aktivitas sebagai mahasiswa. Sebelum menjadi anggota himpunan mereka merasa masih seperti anak SMA, namun sekarang setelah menjadi anggota himpunan, Yasa dan Sadut merasa bisa mengguncangkan dunia seperti sepuluh pemuda yang disebutkan oleh Presiden Soekarno itu.

Setiap kali himpunan melaksanakan program kerja, para anggota baru pasti meramaikan program tersebut. Dari program kerja himpunan yang besar dan penting, seperti mengadakan olimpiade sejarah se-Jawa Barat atau Diskusi Publik bertema Sejarah Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa. Sampai program kerja yang kecil dan tidak terlalu penting seperti, acara membaca buku sejarah bersama, mencatat puluhan buku yang telah dipinjam dari perpustakaan himpunan dan tidak pernah dikembalikan lagi, diskusi setiap Jumat sore yang membahas perkembangan politik kampus yang sering menyerepet pada membicarakan perempuan – perempuan cantik yang ada di berbagai fakultas, dan membersihkan piala – piala penuh debu yang ada di sekretariat himpunan. Namun euforia menjadi anggota baru itu hilang seketika, setelah Kang Juna yang baru saja turun takhta dari singgasana ketua himpunan, memberikan pesan kepada Abdul Sang Ketua Angkatan.

“Kalian adalah Genap! Jangan mau dimanfaatkan Ganjil!”

Abdul dengan cepat memerintahkan perwakilan angkatan untuk berkumpul. Membahas hal yang penuh sentimen dan dendam sejarah itu.

“Saya mendapatkan pesan dari Kang Juna seperti itu. Dan, saya ingin meminta pendapat dari kalian semua.”

Sadut dengan semangat langsung meminta izin berbicara. Setelah membuang asap rokok, Abdul mempersilahkan Sadut berbicara.

Lihat selengkapnya