Hampir semua orang tahu bahwa pemimpin sebenarnya bukanlah Kang Hendro, Sang Ketua Himpunan. Orang yang memegang kekuasaan tertinggi adalah orang itu. Kang Salah namanya, memiliki rambut seperti Che Guevarra, namun badannya kurus sekali seperti Mahatma Gandhi dan namanya seperti pemain sepakbola dari Mesir. Setiap kali berbicara lembut sekali nadanya. Saat ia berbagi lelucon, kawan dan lawan akan tertawa. Menurut Jaffar, orang ini adalah salah satu orang paling cerdas yang pernah ia temui di kampus.
Sesuai dengan rekomendasi Jaffar, para lelaki di angkatan sebagian besar masuk ke Divisi Sosial Politik yang dipimpin oleh Kang Salah. Jaffar, Abdul, Ucok, Boy, Yasa, dan Sadut berada di divisi itu. Sebenarnya Alek juga ingin ikutan, namun ia memilih membantu Ryan Kribo, seniornya di Kelompok Pecinta Alam Tingkat Universitas yang menjadi Ketua Divisi Organisasi.
Kang Salah memiliki telinga dan mata di mana – mana. Ia tahu kelebihan dan kekurangan setiap himpunan yang hidup di kampus. Ia tahu setiap konflik, ia hafal kontrak – kontrak politik yang sudah ditandatangani, bahkan ia bisa meramalkan siapa yang akan naik dan siapa yang akan gagal. Sebagian pejabat di kampus menghormati Kang Salah seperti teman sebaya. Sebagian yang lain, takut bukan main, takut aibnya dibuka.
“Jadi kalian mau mendobrak tradisi ganjil genap?” Ia bertanya sambil menahan tawa.
“Iya Kang. Tapi kami tetap bagian dari Kaum Genap. Hidup Genap!” Jaffar menjawabnya sambil menahan tawa juga.
“Sok lah ku urang dukung.”
Kaderisasi Kaum Ganjil yang biasanya hanya diramaikan oleh angkatan ganjil saja, kemudian berubah tahun itu. Lewat perintah Abdul dan Jaffar, Kaum Genap membantu sepenuh hati terlaksananya proses kaderisasi. Khadijah dan Dali, perempuan taat beragama yang selalu menutup aurat, membantu Divisi Pendidikan untuk mempersiapkan materi jalan – jalan sejarah. Yasa, Boy, Dzul dan Ucok membantu menyediakan logistik selama kaderisasi berlangsung. Alek dan Sadut, kompak, membantu Kang Ryan Kribo untuk membuat timeline pelaksanaan kaderisasi. Dodo, tak disangka, sibuk membantu di bagian Humas, rajin sekali bolak balik kantor jurusan, untuk mengurus surat izin kegiatan. Azhar, Ros, Rahmat, Tomi, Marwansyah, Edo dan sebagian besar yang lain, bertugas menjadi pemandu mahasiswa baru. Tugas pemandu mahasiswa baru adalah memberikan sebanyak mungkin informasi kepada mahasiswa baru mengenai manfaat mengikuti kaderisasi, sekaligus menjadi teman bagi mahasiswa baru untuk menumpahkan segala isi hati selama mengikuti proses kaderisasi. Kemudian informasi yang didapatkan dari mahasiswa baru akan dilaporkan kepada Kang Ryan Kribo untuk ditindaklanjuti. Benar. Mereka bertugas seperi intelejen.
Proses kaderisasi di tahun itu mendobrak tradisi yang selama ini dipegang oleh Kaum Ganjil, maupun Kaum Genap. Kemudian lahirlah jenis anggota himpunan yang baru, mereka adalah anak – anak Kaum Ganjil yang tergenapkan.
Ada kepercayaan menyesatkan di dalam himpunan, yang menyatakan bahwa Kaum Ganjil tidak boleh mencintai Kaum Genap, apalagi sampai berumahtangga, karena bisa menyebabkan perceraian setelah pernikahan baru berumur dua minggu. Kepercayaan sesat itu ditentang oleh Edo dan Yuli, anggota kelas L, seorang perempuan yang ketagihan travelling.
Edo menyatakan cinta pada Maggie, adik tingkat dari Kaum Ganjil, yang telah diridhoi oleh orangtuanya untuk bergaya seperti hippie. Setelah cintanya diterima, Edo mengalami revolusi di dalam dirinya. Edo yang dulu selalu berpakaian rapi, memiliki sikap sempurna dan gaya hidup tentara itu, kemudian berubah menjadi seorang lelaki yang senang memakai baju batik jumputan yang didominasi warna hijau dan kuning, celana cutbray, membuat kalung yang dihiasi dream catcher, bermain gitar, menyanyikan lagu – lagu dari Janis Joplin, namun rambutnya masih rapi seperti tentara, walaupun ia ingin gondrong seperti John Lennon, Edo ternyata memiliki jenis rambut yang sulit memanjang.
Kisah cinta Ryan Kribo dan Yuli, tidak ada yang pernah tahu kisah sebenarnya, yang terdengar di dalam himpunan hanya gosip – gosip dan teori konspirasi yang menyebutkan bahwa cinta mereka dimulai karena sama – sama ditawan dan dipenjara oleh Jin Raksasa yang menghuni Gunung Semeru, kemudian hanya cinta lah yang bisa membuat mereka bebas dari penjara alam jin, akhirnya mereka belajar saling mencintai. Setelah mendaki Semeru bersama – sama, entah apa yang terjadi di sana, dua bulan setelah turun gunung kemudian menikah.
Golongan muda memang mudah menyambut perubahan. Namun, Golongan Tua cenderung menolak perubahan dan selalu khawatir. Malam itu Jaffar, Abdul, Sadut, Yasa, Boy, Ucok, Tomi, Marwansyah, Khadijah, Dali, dan Silviana, seorang anggota kelas L, yang telah digadang – gadang sebagai perempuan tercantik di angkatan, mereka semua diminta menghadap Kang Juna dan Kang Bima di rumah Kang Acep, seorang senior yang menikah muda dan memiliki rumah di dekat kampus.
“Boleh kalian membantu Kaum Ganjil sekarang. Tapi kalian pikirkan, apakah mereka akan membantu kalian nanti!?” Kang Bima malam itu mewakili semua kekesalan yang dirasakan Kang Juna.