Kakak

Kemas Nursyamsu Iskandar
Chapter #18

Yang Baik, Yang Jahat dan Yang Tidak Peduli

Masa Libur Lebaran berakhir, pelantikan pengurus himpunan yang baru pun dilakukan. Setelah itu Yasa selalu ditemani oleh tujuh orang personalia di dalam menjalankan roda organisasi. Mereka sebagian besar adalah orang – orang yang sudah Yasa kenal, seperti Alek yang kini menjadi Ketua Divisi Organisasi, Jaffar yang menjabat sebagai Ketua Divisi Pendidikan, Tomi yang memang ingin jadi Ketua Divisi Pengabdian Terhadap Masyarakat, Marwansyah yang dipaksa menjadi Ketua Divisi Minat Bakat dan Kreativitas, dan Abdul yang selama ini telah berguru kepada Kang Salah untuk menjadi Ketua Divisi Sosial Politik. Ada dua orang yang baru Yasa kenal, mereka adalah Mba Marni Sang Sekretaris Umum dan Utami Sang Bendahara Umum. Kedua perempuan itu dekat dengan Jaffar, dan memang sudah mempersiapkan diri untuk mendampingi Jaffar ketika ia menjabat sebagai ketua himpunan. Tapi takdir berkata lain, sekarang Yasa yang terpaksa menjadi ketua himpunan.

Sadut yang kini menjadi bawahan Alek, selalu hadir setiap kali rapat personalia, demi menemani Yasa. Ia masih merasa bersalah dengan tragedi yang menimpa Yasa di selokan fakultas.

“Aku usul, kita harus saling mengenal dulu, biar setiap kali diskusi bisa lebih terbuka dan tidak canggung. Bagaimana?” Sadut tiba – tiba berbicara di tengah rapat tentang pembagian anggaran bagi setiap divisi.

“Diam kau ini! Kau bawahanku!” Kata Alek yang merasa dilangkahi.

“Lek! Kau lihat hubungan Yasa dengan Mba dan Utami! Sangat kaku! Yasa seperti suami yang poligami dan kedua isterinya sedang marah!”

Mba Marni dan Utami tertawa.

“Iya, aku dukung usul Sadut. Soalnya aku pribadi dan Utami belum mengenal Yasa dan Alek, kita kan beda kelas dan waktu kaderisasi tidak pernah sekalipun satu kelompok dengan mereka. Kalau Jaffar sudah kita berdua kenal, soalnya dia suka mampir ke kosan, kalau kita buat seblak.”

Setelah usul dari Sadut disetujui semua orang, Sadut meminta agar setiap orang bisa jujur dengan kekuatan dan kelemahan mereka.

“Contohnya aku, kelebihannya bisa lah menulis proposal kegiatan, aku rasa aku bisa jadi konseptor yang baik. Kalau kelemahanku itu lemah secara fisik, tidak bisa berkelahi, cepat menangis, kalau lapar susah konsentrasi dan susah menahan keinginan untuk buang air besar, jadi harus langsung ke WC, tidak bisa ditahan lebih dari satu menit.” Sadut tidak segan – segan untuk terbuka dan memberikan contoh.

Lihat selengkapnya