Sepuluh orang yang berbaris di depan Rumah Putih itu berwajah pucat. Si King Kong dan Kang Jay mengelilingi orang – orang yang berbaris itu, bergantian menatap satu persatu wajah mereka dengan tatapan yang menyeramkan, seakan – akan bisa kapan saja mengakhiri hidup mereka.
Kang Habil menyambut kedatangan Yasa, Sadut dan Abdul dengan jabat tangan yang hangat. Sadut dan Abdul terlihat cukup terkejut dengan apa yang sedang terjadi, sedangkan Yasa, ia tersenyum senang. Kang Habil meminta Yasa untuk duduk menghadap sepuluh orang yang pasrah itu.
“Minta maaf kalian kepada Kahim saya!” Bentak Kang Habil.
Lalu sepuluh orang itu meminta maaf secara bersama – sama, ada yang bersuara keras, ada yang terbata – bata dan ada juga yang berbicara tidak jelas.
“Minta maaf yang benar! Satu – satu!” Kang Habil lalu menarik seorang yang paling gendut diantara mereka, memaksanya menundukkan kepala di depan Yasa.
“Maaf Kang, saya salah.” Kata Si Gendut.
“Sebentar, saya tidak mengerti, mengapa kalian menghina dan membentak saya?” Yasa mencoba tenang, walaupun hatinya penuh dengan kemarahan.
Lalu terjadilah aksi saling menyalahkan di antara sepuluh orang itu, ada yang menuduh Si Gendut telah mengajak semua orang untuk mem-bully Yasa, ada juga yang menyalahkan seseorang yang memakai topi yang sangat kotor dan bau, katanya orang itu menjanjikan sejumlah uang jika ada yang menemaninya “mengkritik pemimpin yang lalim”, ada juga yang mengaku tidak tahu apa – apa, hanya ikut menemani temannya yang memakai kaus bergambar Donal Bebek.
“Kalian ini mahasiswa macam apa? Beraksi tapi tanpa alasan yang jelas!” Bentak Kang Jay.
Sepuluh orang itu langsung diam dan berwajah pucat, takut dipukul oleh Kang Jay. Si King Kong tiba – tiba marah besar, ia memaksa orang – orang yang pucat itu untuk meminta maaf lagi.
“Minta maaf kalian kepada Kahim Si Habil! Minta maaf yang benar!”
Orang yang memakai kaus bergambar Donal Bebek merendahkan diri di depan Yasa dan sungkem, sambil meminta maaf untuk kesekian kalinya. Kemudian aksinya itu diikuti oleh teman – temannya.
“Apakah kamu kenal seseorang yang kurus yang suka memakai baju Ghostbuster dan seseorang gendut yang mempunyai bandana hijau? Tanya Yasa pada orang yang memakai kaus bergambar Donal Bebek.
“Maksud akang mungkin Si Bill dan Si Usro?”
“Saya tidak tahu namanya, saya pernah melihat mereka mabuk dan…” Yasa terhenti, ia kemudian mencoba menenangkan diri.
“Pasti itu mereka Kang, Si Bill dan Si Usro sering mabok, mereka sudah berhenti kuliah Kang.”
Yasa ingin bertanya lagi kepada orang – orang itu, tapi hal itu tidak ia lakukan, karena Kang Panji telah datang, ia adalah Ketua Adat Kelompok Pecinta Alam Tingkat Fakultas, sekaligus ustad muda yang sedang terkenal karena video ceramahnya banyak dilihat orang – orang di youtube, subscriber channel-nya juga sudah banyak, ada 1,73 juta orang.
“Mohon maaf Pak Habil,” kata Kang Panji. “Saya kecolongan, maaf.”
“Damang Pak Ustad?” Kata Kang Habil, sambil memeluk temannya itu.
“Alhamdulillah.”
“Bagaimana ini Pak Ustad? Para anggota muda ini menghina Kahim saya.”
Setelah itu Kang Panji meminta maaf pada Yasa atas kenakalan yang telah dilakukan oleh bawahannya. Yasa hanya tersenyum sinis, hatinya tidak memaafkan. Dihadapan semua orang yang hadir, Kang Panji berjanji akan menghukum para anggota muda yang nakal itu. Entah hukumannya apa. Orang – orang dari Kelompok Pecinta Alam Tingkat Fakultas pun pergi.
“Sekarang saya bantu Pak Kahim untuk menyelesaikan masalah dengan Si Rahman ketua adat Suwarnabhumi itu, nanti Si Salah dan Ryan Kribo, yang bertindak sebagai kordinator angkatan, juga akan datang untuk bertanggungjawab atas kelakuan teman seangkatannya itu.”
Kang Habil segera melakukan panggilan lewat gawainya. Saat Kang Rahman menerima panggilan, Kang Habil dengan tenang berkata, “Kalau kamu masih mau hidup tenang di kampus, datang ke sekre saya sekarang, saya tunggu.” Setelah itu panggilan ditutup.
Empat puluh tujuh menit kemudian, Kang Rahman datang seorang diri. Di antara Kaum Genap dan para jagoan kampus, lelaki ganjil itu masih bisa tersenyum dengan tenang.
“Kamu itu warga himpunan macam apa? Mengapa menghina Kahim kamu sendiri!?” Kang Habil terlihat sangat marah.
Lelaki itu tidak menjawab, ia duduk dengan tenang, dan mulai menyalakan rokok. Si King Kong dan Kang Jay terlihat akan menghajar Kang Rahman, tapi Kang Habil meminta kedua temannya untuk menenangkan diri. Yasa sangat kecewa dengan keputusan Kang Habil itu.
“Warga himpunan macam apa kamu ini!? Mengganggu kaderisasi himpunannya sendiri!”Kang Habil masih terlihat sangat marah.
“Saya hanya menjalankan kewajiban saya sebagai ketua adat Suwarnabhumi, saya merekrut anggota baru, dan melaksanakan acara pelantikan yang telah diatur oleh Pak Umar Tantramulya. Soal mengganggu kaderisasi, saya pikir, mengapa himpunan yang sekarang lebih besar kuasanya daripada Suwarnabhumi harus takut sebagian kecil mahasiswa baru memilih tidak ikut himpunan?”
“Kamu tidak merasa melakukan hal yang salah? Sebagai warga himpunan!?”
Kang Habil lagi – lagi menahan kedua temannya yang sudah bersiap – siap menghajar Kang Rahman yang senang berbicara dengan nada yang menantang maut.
“Saya punya solusinya Kang,” kata Kang Salah yang tiba – tiba berbicara, ia datang bersama Ryan Kribo.
“Nah, rame ieu, teman ganjilnya datang. Bagaimana solusinya saudara Salah?” Kang Habil tersenyum senang.
“Rahman sebaiknya dicoret dari himpunan, ia sudah tidak pantas jadi warga himpunan, Pak Kahim, lambang kedaulatan himpunan kita sudah dia caci maki sesuka hati, ini pelanggaran yang luar biasa!” Jawab Kang Salah tegas.