Kakak

Kemas Nursyamsu Iskandar
Chapter #28

Harimau - Harimau Kebun Teh

Tiga hari sebelum acara pengukuhan anggota baru dilaksanakan, Yasa memutuskan untuk menginap di kosan Kang Juna. Yasa mengetuk pintu kosan Kang Juna pada jam setengah sembilan malam. Ia segera disambut oleh Kang Juna dan Kang Wiyoko (ternyata mereka tinggal satu kosan) dengan senyum yang ramah, semangkuk kacang hijau dan roti tawar. Kang Juna mulai bercerita setelah Yasa menghabiskan bubur kacang hijau dengan lahap.

“Dulu, Kang Bachtiar menceritakan hal yang mengerikan ini kepada akang satu bulan sebelum acara pengukuhan anggota baru dilaksanakan.”

“Hal mengerikan seperti apa Kang?”

Kang Juna kemudian menjelaskan bahwa setiap ketua himpunan dari Kaum Genap akan mengikuti inisiasi untuk menjadi anggota Harimau – Harimau Kebun Teh pada jam 12 malam setelah acara sosialisasi perjalanan malam. Di dalam inisiasi hanya ada satu kegiatan yaitu ketua himpunan harus membakar jimat – jimat yang dibawa oleh Pak Mike, disaksikan oleh semua anggota Harimau – Harimau Kebun Teh.

“Kegilaan terjadi setelah jimat – jimat itu kamu bakar. Kamu tahu kan Teh Nissa? Selesai membakar jimat – jimat dari Pak Mike itu ia langsung demam, sepanjang malam, ia berhalusinasi dipeluk oleh dedemit, dan menangis di Tenda Peleton sampai adzan shubuh berkumandang. Ia gagal menjadi salah satu anggota Harimau – Harimau Kebun Teh. Kang Bachtiar juga sama, gagal, tapi ia tidak menangis, namun menggigil dan wajahnya pucat semalaman sampai shubuh…”

“Akang berhasil?” Yasa memotong cerita Kang Juna.

Alhamdulillah, akang berhasil, semua berkat ide dari Bima. Jujur, waktu itu akang takut sehingga menceritakan ketakutan akang ke beberapa orang terdekat, salah satunya Bima. Ia memberikan solusi kepada akang agar mengadakan acara pengukuhan anggota baru yang melanggar tradisi, yaitu tidak diadakan di Afdeling Ciater, tapi dipindahkan ke Ranca Upas, Bima yakin kalau Harimau – Harimau Kebun Teh tidak akan datang ke acara pengukuhan anggota baru yang diadakan di luar kebun teh. Jujur, ide yang terdengar konyol, tapi berhasil. Hanya Pak Vito ketua Harimau – Harimau Kebun Teh yang hadir waktu itu, sedangkan teman – temannya yang kebanyakan memiliki rumah di dekat Ciater tidak datang. Tapi, Pak Vito tetap mengadakan inisiasi bagi akang, menurut beliau itu adalah inisiasi paling mudah yang pernah ia adakan, akang hanya diminta membakar selembar kertas bertuliskan huruf - huruf pallawa. Setelah akang bakar kertas itu, tidak terjadi apa – apa. Akang dinyatakan berhasil menjadi anggota Harimau – Harimau Kebun Teh. Namun, dampak dari inisiasi itu baru akang rasakan setelah akang pulang dari acara pengukuhan, akang tertidur dan bermimpi dikejar – kejar oleh dedemit yang membawa pisau, akang terus bermimpi seperti itu selama berminggu - minggu, sampai akhirnya akang demam dan memuntahkan dahak yang hitam pada suatu malam, setelah itu barulah mimpi buruk itu pergi. Akang tidak pernah datang ke pertemuan yang diadakan oleh Harimau – Harimau Kebun Teh, tidak pernah bergabung bersama mereka, akang merasa gagal melewati inisiasi itu, walaupun dinyatakan berhasil oleh Pak Vito.”

Kang Juna menyarankan Yasa untuk mencari kyai atau ustad di sekitar kampus yang bisa melindunginya dari teror yang terjadi setelah mengikuti inisiasi. Ia juga menasehati Yasa agar banyak – banyak berdoa sebelum menghadapi inisiasi itu. Yasa masih melihat ketakutan di wajah Kang Juna, walaupun inisiasi itu telah ia lewati.

Yasa teringat akan cerita Ayah dan nasihat Pak Ade tentang dosa orang - orang Zaman Nabi Sulaiman. Ayah juga dulu sempat  takut saat akan membakar jimat – jimat yang diwariskan Kakek kepadanya.

“Apakah Kang Juna merasa takut saat membakar kertas itu?” Tanya Yasa, dengan suara yang berbisik.

“Jujur, iya.”

*

Setelah acara sosialisasi perjalanan malam selesai. Pak Mike mengajak Yasa untuk pergi ke pos alumni. Sadut dan Kapten Septian yang ingin ikut, dilarang oleh Pak Mike, dengan alasan, “Ini acara khusus untuk Kahim, selain Kahim dilarang ikut.” Di sana ia disambut oleh orang – orang yang sedang berkumpul di sekitar api unggun. Dua orang senior yang baru diwisuda beberapa bulan kemarin terlihat sedang diberi tugas menjadi “pelayan” bagi para alumni yang lain, seorang memakai kompor camping untuk membuat mie instan untuk beberapa alumni yang lebih senior, satu orang lagi ditugaskan untuk menyediakan kopi bagi semua orang yang ada di pos itu. Beberapa orang terlihat sedang menikmati roti bakar atau sosis panas, dan hampir semua orang merokok di pos itu. Pak Mike mengantarkan Yasa sampai di depan Pak Vito yang sedang duduk di dekat api unggun.

Kumaha damang (bagaimana sehat) Pak Kahim?” Tanya Pak Vito.

Alhamdulillah sehat, Pak Vito.”

“Panggil Kang saja.”

“Baik, Kang.” Yasa merasa canggung.

Pak Vito memiliki wajah yang selalu terlihat serius, badannya tinggi dan besar, kulitnya gelap, namun setiap kali tersenyum, ia terlihat begitu spesial, Pak Vito mempunyai senyuman paling ramah yang pernah Yasa lihat disepanjang hidupnya, mungkin jika Yasa terlahir sebagai perempuan, ia akan mengatakan bahwa Pak Vito memiliki senyuman yang paling manis yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya.

“Pak Kahim ini saya dengar dari Si Mike, punya masalah ya sama ketua adat Suwarnabhumi?” Tanya Pak Vito.

“Iya Kang.”

“Sudah selesai masalahnya?”

“Belum Kang.”

Lihat selengkapnya