Empat dari enam fraksi yang hadir menerima laporan pertanggungjawaban Yasa sebagai mandataris himpunan. Ia tidak bisa menahan tangis setelah semua beban berat dan kegilaan itu akhirnya lepas dari tubuhnya. Diiringi tepuk tangan dari semua yang hadir di Musyawarah Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, ia menghapus air matanya, dan tersenyum bahagia.
Selama berhari – hari Yasa merasa tidurnya lebih nyenyak, mandi di waktu shubuh terasa sangat menyegarkan, jalan – jalan di pagi hari begitu menggembirakan, langit terlihat lebih cerah, dan angin – angin yang menyapa di siang hari begitu menyenangkan. Namun kebahagiaan Yasa itu segera berakhir setelah ia melihat perubahan besar yang dialami Sadut.
Sadut tidak seceria dulu lagi. Kini ia berwajah serius, selalu terlihat seperti memikirkan sesuatu secara berlebihan dan sering melamun. Biasanya Sadut tidur pada jam sembilan malam dan bangun di waktu shubuh, kini ia jarang tidur pada malam hari, dan Yasa cukup terkejut begitu mendengar informasi dari Dzul, kata lelaki tampan itu, kini Sadut sering jalan kaki keliling Kota Bandung pada waktu malam hari.
“Aku melihatnya Sa! Dia jalan – jalan sendirian pada jam tiga dini hari di dekat Pasar Bunga sebelum Bandung Indah Plaza! Pernah juga aku melihatnya jalan – jalan sendirian di Cicadas di waktu tengah malam. Setiap aku menawarkan tumpangan, ia menolak, setiap kali aku bertanya kepadanya : Ada apa Dut? Kamu kenapa? Sadut selalu menjawab : aku sedang berpikir, aku tidak apa – apa.” Dzul menyampaikan berita itu dengan wajah yang penuh kekecewaan, “Apa yang terjadi pada Sadut ya? Bukankah dia dulu yang paling bahagia?”
Yasa merasa bersalah. Dibalik kebahagiaannya setelah menyelesaikan masa jabatan sebagai ketua himpunan, ternyata sahabat dekatnya sedang bersedih. Siang itu Yasa bertekad akan menemani Sadut jalan kaki keliling Bandung pada waktu malam.
Yasa menemui Sadut di kosan Abdul pada malam hari. Pada jam tujuh malam Sadut dan Abdul sedang menonton Naruto, episode yang ditayangkan adalah Naruto yang masih remaja sedang belajar jurus rasengan pada seorang guru bernama Jiraiya yang memelihara kodok sebesar Gedung Sate. Aneh sekali, padahal dua hari kemarin Naruto telah dewasa dan sedang bertarung melawan Madara Uchiha, ditemani perempuan yang mencintainya yaitu Hinata. Ternyata episode – episode Naruto yang diputar di stasiun televisi Indonesia tidak diputar secara kronologis.
“Aku akan ikut denganmu malam ini Dut.”
“Apa?”
“Aku akan ikut jalan – jalan malam bersamamu. Boleh kan?”
“Oh, begitu. Boleh Sa.” Sadut menjawab tanpa melihat wajah Yasa, ia melihat layar televisi dengan tatapan yang penuh rasa lelah.
Sadut mandi pada jam delapan malam. Menurut Abdul, selama dua hari ia selalu seperti itu, sebelum jalan – jalan malam ia akan mandi terlebih dahulu, menyiapkan dua botol air mineral, membeli nasi bungkus di warung dekat kosan untuk perbekalan, entah dimakan jam berapa, dan selalu pergi dari kosan pada jam sembilan malam.
“Ini pasti masalah perempuan Sa.” Abdul berbicara bisik – bisik saat Sadut sedang berada di kamar mandi.
“Sadut sudah cerita ke Abdul?”
“Belum. Tapi aku yakin, banyak perubahan besar yang terjadi pada lelaki itu disebabkan oleh perempuan.”
Tepat pada jam sembilan malam, Sadut pergi dari kosan Abdul, ditemani Yasa yang penuh dengan rasa kepenasaran. Sepanjang jalan Sadut membisu. Saat berjalan di daerah Cihampelas yang masih ramai pada jam sepuluh malam, Sadut mempercepat langkah kakinya. Yasa mengikuti setiap langkah Sadut dengan cermat dan teliti, setiap gerakan yang Sadut lakukan ia analisis, seakan – akan Sadut adalah sejenis binatang langka yang sedang diteliti sifatnya. Setelah masuk ke daerah Ciujung yang cukup sepi pada jam setengah dua belas malam, Sadut akhirnya berhenti berjalan, dan duduk di sebuah kursi panjang yang ada di depan sebuah SMP. Yasa sangat bersyukur, akhirnya ia bisa beristirahat setelah bermandikan keringat dan kehausan. Untungnya ada sebuah warung yang buka 24 jam di depan SMP itu. Yasa membeli dua botol es teh, ia memberikan satu botol untuk Sadut, tapi lelaki aneh itu menolak pemberian Yasa.
“Perjalanan masih jauh Sa. Buat kamu saja.”
Setelah minum setengah botol air mineral, beristirahat sebentar, dan menikmati angin malam sambil memejamkan mata, lalu Sadut menyalakan pemutar mp3 yang berbentuk seperti iPod tapi bukan Apple merknya, memilih lagu “There There” dari Radiohead untuk diputar terus menerus, dan memakai earphone. Kemudian Yasa kembali mengamati kelakuan aneh sahabatnya itu. Kali ini Sadut mengulang – ulang sebuah potongan lirik dari lagu Radiohead itu, ia sering bernyanyi, “Just because you feel it, doesn’t mean its there…”
Di dekat tempat latihan anggota TNI Angkatan Darat, Sadut memutuskan untuk duduk dibawah sebuah pohon besar. Wajah Sadut kemudian berubah pelan – pelan, asalnya terlihat lelah, lambat laun menjadi bahagia, seakan – akan ia telah sampai di rumah yang sering ia rindukan.