Kakak jadi sering pulang ke rumah setelah putus dengan Dara, ia juga kini punya kebiasaan yang baru. Makan dua burger jumbo di Burger Queen, membeli tiga ember popcorn serta tiga gelas soda ukuran besar sebelum menonton film di bioskop, dan bermain PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) dari jam sebelas malam sampai adzan shubuh berkumandang di Warnet Gege Wepe, itulah rutinitas Kakak di akhir pekan, semua kegiatan itu tidak ia lakukan sendiri, Yasa dan Bayu selalu menemani Kakak. Untuk makan junkfood dan menonton film, Yasa tidak memerlukan adaptasi untuk melakukan semua itu bersama Kakak. Namun bermain game online, baru pertama kali ia lakukan setelah diajak oleh Kakak. Pada awalnya Yasa sangat kaku di dalam memainkan mouse dan keyboard, setelah beberapa puluh game, ia mulai terbiasa dan bisa menikmati permainan. Tidak pernah sekalipun tim yang terdiri dari Kakak, Yasa, Bayu dan Bang Ibay (yang selalu ikut bermain bersama dan sudah ketagihan bermain PUBG sampai melupakan anak dan isteri) merasakan Winner Winner Chicken Dinner, sering sekali mereka menjadi salah satu dari sepuluh orang yang tersisa di fase akhir permainan, namun tidak pernah sekali pun tim itu merasakan kemenangan.
Pada awalnya Ayah dan Ibu merasa senang dengan kebiasaan baru Kakak yang membuat hubungan kakak adik itu menjadi lebih dekat. Setelah Ibu mengetahui berapa banyak uang yang Kakak habiskan untuk bermain bersama adik – adiknya setiap akhir pekan, Ayah dan Ibu kemudian merasa sedikit kecewa.
“Adi, menurut Ayah, sebaiknya kamu menabung untuk membeli motor baru, bukankah motormu Si Redi itu sudah sering mogok? Daripada kamu makan junkfood dan main game sampai shubuh bersama adik – adikmu.”
“Ayah tidak bahagia? Aku dan adik – adikku jadi lebih akrab?” Kakak bertanya dengan wajah yang sinis.
“Bukan seperti itu maksud Ayah, Adi…”
“Sudahlah Yah, aku sedang menikmati masa – masa penuh kebebasan dengan adik – adikku.” Kakak memotong.
“Jadi, selama bersama Dara tidak bebas?”
Kakak tidak pernah menjawab pertanyaan Ayah itu. Yang tahu jawaban dari pertanyaan itu adalah adik – adiknya. Pada jam lima pagi (setelah kelelahan bermain PUBG sepanjang malam) di Restoran Ayah Goreng Kolonel yang buka 24 jam, Kakak mengaku di depan adik – adiknya bahwa selama berpacaran dengan Dara, perempuan itu ternyata sangat mengatur Kakak. Di mana Kakak harus bekerja, uang gaji sebaiknya dipakai untuk apa saja, baju apa yang harus dibeli, pakaian seperti apa yang harus dikenakan pada akhir pekan, kapan harus pulang ke Bandung, apa yang harus diberikan kepada Ayah dan Ibu, semuanya Dara yang menentukan.
“Aku akui, aku terlalu mencintai Dara, sampai mengorbankan kebebasanku, hahaha.” Kakak berhenti berbicara, ia menatap langit – langit restoran, seakan – akan di atas sana ada puluhan foto kenangan bersama Dara. “Inilah yang aku ingin lakukan dengan uangku, sebenarnya inilah yang aku inginkan. Makan di restoran favoritku sepuasnya dan main game bersama adik – adikku.” Kakak menyampaikan semua itu dengan nada yang ceria, tapi wajahnya terlihat sedih.
“Apakah Kakak masih sedih ditinggal Dara?” Tanya Yasa.
“Biasa saja, lagipula kami berdua masih sering chatting.”
*
Sabtu itu Bayu demam, karena kelelahan setelah ikut kegiatan pramuka. Dengan berat hati, kedua kakaknya tidak bisa membawa Bayu untuk ikut bersenang – senang di akhir pekan. Tanpa kehadiran Bayu, obrolan di Burger Queen malam itu jadi lebih serius, biasanya saat ada Bayu, Kakak lebih senang menceritakan pengalaman – pengalaman lucu selama ia bekerja di proyek (sebagian besar adalah kekonyolan para kuli dan kebiasaan para Bos yang aneh -aneh) atau cerita – cerita hantu yang ia dengar di sekitar tempat proyek.
“Kapan terakhir kali kau pergi ke kampus?” Tanya Kakak setelah menghabiskan burger pertamanya.
“Aku kadang - kadang ke kampus, menghadiri acara syukuran ujian sidang teman – temanku.”
“Canggung ya? Hahaha, sedih ya? Teman – temanmu sudah lulus, dan kau masih mengerjakan skripsi.” Ejek Kakak.
“Ya. Sangat canggung dan sedih.”
“Tapi kau tetap datang kan? Demi teman – temanmu.”
“Ya, terpaksa.”
“Skripsimu sudah Bab berapa?”
“Aku mengulang lagi skripsiku. Sempat sampai Bab 3, lalu diminta mencari judul baru oleh Ibu Dosen Pembimbing.”
“Mengapa bisa seperti itu?”
“Tidak tahu.”
“Anjing! Tidak mungkin kau tidak tahu!” Kakak sedikit marah.
“Kata Ibu Dosen Pembimbing apa yang aku teliti waktu itu, sudah terlalu sering diteliti.”
“Memang kau meneliti apa?”
“Kemampuan siswa di dalam berpikir kritis.”
“Sudah banyak ya yang menulis itu?”
“Iya.”
“Anjing! Bodoh maneh! Cari judul yang aneh Sa! Kalau bisa sampai semua dosen tidak tahu apa yang kamu teliti sehingga mereka iya iya saja dengan isi skripsimu saat ujian sidang nanti!”
“Baik. Aku tidak mau membahas skripsi.” Yasa berhenti sejenak, untuk minum soda. “Kalau aku boleh tahu, mengapa Kakak tidak siap menikahi Dara?”
“Sudah kubilang, aku belum menemukan jati diriku.”
“Kata Ayah, seorang lelaki itu akan menjadi manusia yang sempurna setelah menikah. Kemudian menemukan…”
“Aku tidak setuju dengan Ayah.” Kakak memotong perkataan Yasa. “Aku belum menemukan jati diriku Sa, dan pernikahan bagiku tidak sederhana, bagiku rumit.” Kakak terlihat akan marah. “Kita bicarakan yang lain, bisa?”
“Baik. Bisakah malam ini kita tidak menonton film horror? Film komedi saja, bisa?”
*
Bang Ibay telah berjanji kepada isterinya untuk berhenti main PUBG. Bang Ibay mengaku, PUBG hampir membawa rumah tangganya kepada gerbang kehancuran.
“Isteriku tidak pernah cemburu sebelumnya Sa! ia bukan tipe pencemburu. Tapi kini ia cemburu pada sesuatu bernama PUBG!” Bang Ibay terlihat seperti merasakan pusing yang paling pusing di dalam hidupnya. “Aku tak menyangka Sa, ternyata PUBG hampir membuatku cerai dengan isteriku.”
Malam itu ia tidak ikut main, tapi duduk di sebelah Yasa, dan ribut sekali memerintahkan Yasa melakukan ini itu saat berada di dalam permainan. Malam itu Bang Ibay menjadi coach Yasa secara mendadak, dan Yasa merasa kini ia tidak bisa bermain – main lagi di dalam permainan, setiap pergerakan dilakukan dengan serius, setiap keputusan yang dilakukan Yasa, ia diskusikan dulu dengan Bang Ibay.
Itu adalah game yang ke-286, pada pukul 02.57 dini hari, Kakak dan Yasa berhasil merasakan Winner Winner Chicken Dinner pertama mereka. Mereka berdua tenggelam dalam euforia, mereka berteriak – teriak pada dini hari, seakan – akan baru saja memenangkan Perang Dunia II, Bang Ibay juga ikut heboh. Kakak bilang ia akan merayakan kemenangan pertama itu dengan makan sepuasnya di McD yang buka 24 jam, Bang Ibay yang ikut senang karena merasa ikut berperan di dalam kemenangan pertama itu, ia juga melakukan selebrasi dengan mentraktir semua orang yang masih bermain di warnetnya pada jam 3 dini hari dengan semangkuk mie instan plus telor dan kornet. Sedangkan Yasa, ia merayakan kemenangan itu dengan salat tahajud.
“Bukannya salat tahajud itu dilakukan saat kita susah ya?” Tanya Kakak, dengan wajah yang terheran – heran.