Sore itu Yasa gelisah sekali saat duduk di kursi panjang yang berada tepat di depan pintu kantor Ibu Dosen Pembimbing. Ia takut dimarahi oleh Ibu Dosen Pembimbing karena telah menghilang selama berbulan - bulan. Yasa berharap Ibu Dosen Pembimbing bisa mengerti, mengapa ia harus berhenti menulis skripsi selama hampir sembilan bulan.
“Yasa!? Kenapa kamu menghilang selama berbulan – bulan!?” Bentak Ibu Dosen Pembimbing yang baru saja membuka pintu kantornya.
“Maaf Bu, saya akan ceritakan alasannya.”
Untungnya Ibu Dosen Pembimbing mengenal Pak Yadi. Ia juga baru tahu bahwa yang menggantikan Pak Yadi selama ia sakit adalah mahasiswa yang dibimbing olehnya.
“Saya mengajar 34 jam dalam satu minggu Bu, saya sering kelelahan karena sedang sakit dan dalam masa penyembuhan, baru sekarang bisa menulis skripsi lagi.”
“Sakit apa?”
“Saya sempat kecelakaan Bu, paha kanan saya cedera.” Yasa berbohong, tentunya ia malu jika harus mengaku mengidap varikokel.
“Baik, coba lihat proposal baru kamu.”
Setelah Ibu Dosen Pembimbing membaca cepat proposal skripsi Yasa yang membahas penerapan drama sejarah di kelas, Ia tersenyum. Sore itu Yasa diperbolehkan langsung mengerjakan Bab 1 sampai Bab 3.
“Segera menulis! Jangan dinanti – nanti! Cepat mulai penelitian tindakan kelasnya! Cepat lulus!” Kata Ibu Dosen Pembimbing.
“Siap Bu!”
*
Orang – orang yang belum lulus di angkatan Yasa hanya tersisa empat orang lagi, mereka adalah Yasa, Modo yang terlalu santai menjalani hidup, Dodo yang tidak mempunyai keinginan untuk menjadi sarjana dan Atom yang tidak pernah datang ke kampus lagi setelah dua tahun yang lalu menjadi drummer band Senggol Bacok. Yasa, Modo dan Dodo, trio mahasiswa abadi itu, banyak menghabiskan waktu di rumah Ucok.
Modo sejak dua tahun yang lalu ketagihan main game online (karena pengaruh buruk dari Ucok), sudah satu tahun, ia tidak pernah pergi ke kampus lagi, ia hanya diam di depan layar komputer Ucok, bermain DotA, PUBG, dan Grand Theft Auto V. Dodo yang tidak pernah pulang ke rumahnya sejak satu tahun yang lalu karena bertengkar dengan orang tuanya--- pertengkaran itu terjadi karena Dodo mengaku di depan orang tuanya kini dia adalah agnostik dan tidak mau salat lagi--- sekarang tinggal di rumah Ucok dan menganggap rumah Ucok adalah rumahnya sendiri. Ada satu kamar di rumah Ucok yang Dodo perlakukan seperti kamarnya sendiri, ia mencoret – coret kamar itu dengan spidol dan menulis kutipan – kutipan dari Nietzsche seperti, selalu ada beberapa ketidakwarasan dalam cinta, akan tetapi selalu ada berbagai alasan dalam kegilaan dan kadang orang – orang tidak mau mendengar kebenaran karena mereka tidak mau khayalan mereka hancur. Di kamar itu juga banyak poster – poster Slash, Tom Morello, John Lennon, Yoko Ono, dan beberapa artis dari Jepang yang Yasa tidak ketahui namanya. Pajangan favorit Yasa yang ada di kamar Dodo adalah foto John Lennon yang memiliki potongan rambut sebahu dan memakai kaca mata dengan bingkai bulat yang bersanding dengan foto Dodo yang memiliki penampilan yang sama. Yang dilakukan Dodo sepanjang hari adalah tidur, saat malam datang, ia kadang pergi ke Bar Seventeen Hours untuk bertemu kawan – kawannya atau menghadiri konser musik, tapi kegiatan yang paling sering ia lakukan adalah main Mobile Legends bersama Ucok dari jam tujuh malam sampai jam tujuh pagi kemudian tidur sampai malam hari.
Suatu malam, Modo yang sedang main Mobile Legends di teras rumah Ucok, kedatangan pacarnya yaitu Sophie, entah apa yang terjadi, perempuan itu kemudian menangis lebih dari satu jam. Saat itu Yasa sedang menginap di rumah Ucok, ia sedang menulis Bab 2. Setelah Sophie selesai menangis, Modo mengantarkan perempuan itu ke kosannya, ketika pulang kembali ke rumah Ucok, tiba – tiba Modo mempunyai keinginan untuk lulus secepatnya.
“Sa! Bisa bantu aku kan?” Kata Modo dengan wajah yang gelisah.
“Bantu apa Mod?”
“Menulis skripsi! Bisa kan?”
“Mengapa tidak minta bantuan Ucok? Aku sedang sibuk dengan skripsiku.”
“Ucok sudah lupa lagi cara menulis skripsi Sa! Ia juga sedang fokus menaikan MMR-nya Sa!”
“Aku juga sedang fokus dengan skripsiku Mod.”
“Bantu aku ya please…Aku harus segera lulus dan menikah sama Sophie Sa!” Modo merengek.
“Mengapa Sophie menangis tadi Mod? Kau menghamilinya?” Canda Yasa.
“Iya, kenapa kau tahu!? Kau telah memimpikan kesialanku ini!?” Modo kaget.
“Anjing! Kapan kau melakukannya!?”