KAKTUS

Lail Arrubiya
Chapter #2

Nyaman Sendiri

Semalam, Cakra bangun dengan tubuh bergetar dan keringat yang mengucur di pelipis hingga lehernya. Wajahnya pasi dengan nafas sedikit tersengal. Tadi mimpi buruk hadir dalam gelap tidurnya. Mimpi yang selalu datang jika ia khawatir, terlebih itu tentang sebuah ikatan.

Cakra masih tak nyaman berada terlalu lama disini, setelah prosesi adat selesai ia akan segera pulang. 

“Toiletnya di Bogor?” Adin meledek saat Cakra baru datang. Sayangnya yang diledek tak menggubris.

“Kapan selesai?” Cakra balik tanya.

“Setelah prosesi lempar bunga. Biasanya anak milenial akan melakukan itu di acara pernikahannya.”

Ya, memang. Saat Adin menikah tidak ada prosesi lempar bunga. Seusai akad mereka langsung menyalami pengantin dan menyantap hidangan.

“Oke, siap-siap untuk para jomblo. Acara lempar buket akan segera di mulai. Ini buat yang jomblo aja, ya.”

Suara MC membuat perhatian tertuju padanya. Acara ini menjadi penutup dari rentetan prosesi pernikahan zaman sekarang. Dan bagian ini memang banyak peminatnya. Saudara dan teman dekat pengantin antusias mengikuti, berharap dapat buket bunga atau hanya sekedar meramaikan.

Saat MC memanggil para ‘jomblo’ untuk mendekati pelaminan, lengan Cakra tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Pak Azhar, meminta Cakra untuk ikut dalam kumpulan orang yang percaya mitos tentang siapa yang mendapat bunga dari pengantin bisa segera menikah. Cakra hendak menolak, tapi senyum Pak Azhar membuatnya tak bisa menolak.

Aku hanya perlu berdiri disana, kan? Batinnya.

“Oke, siap-siap, ya. Kita hitung bersama. Satu … Dua … Ti-ga …”

Buket bunga edelweiss dilempar oleh pengantin dengan posisi mereka yang membelakangi orang-orang yang sudah sangat antusias menerima buket.

“Sial,” gumam Cakra saat buket terlempar kearahnya.

Cakra berniat mengelak, namun seseorang menyeruduknya dari samping. Tangannya mendorong Cakra demi sebuah buket. Membuat Cakra limbung dan terjatuh.

“Yeay … aku dapat bunganya.”

Yang mendapat buket berseru girang. Lupa kalau tadi dia menyeruduk seseorang demi ambisinya. Dia baru sadar saat hanya seruan dia yang lantang terdengar. Tatapan mata tertuju padanya dengan pandangan heran. Ia menanyakan kepada pengantin wanita dengan kode tatapan mata.

Kenapa?

Pengantin wanita juga membalas kode itu dengan tatapan mata yang mengarah ke sampingnya.

Matanya langsung terbebalak kaget, melihat seseorang jatuh di sampingnya. Ia baru sadar itu ulahnya.

“Maaf …”

Ia semakin kaget manakala melihat siapa yang ditabraknya.

Cakra mendesis kesal kemudian beranjak bangun.

“Maaf … Maaf. “ Perempuan berjilbab merah muda yang tadi sudah bertemu Cakra kehabisan kata-kata. “Eh, buket ini buat kamu aja.” Perempuan itu memaksa Cakra menerima buket, kemudian pergi dengan wajah merah seperti kepiting rebus.

Wajah Cakra datar saja namun hatinya dipenuhi rasa kesal. Bertemu perempuan itu lagi membuatnya semakin tidak nyaman di sini. Dia harus segera pulang.

“Widiih … dapet buket, special gift lagi,” ledek Adin.

“Sepertinya Pak Cakra akan segera menyusul,” tambah seorang rekan kerja mereka.

Lihat selengkapnya