KAKTUS

Lail Arrubiya
Chapter #3

Kriteria

Hari senin adalah pembuka hari kerja. Sebagian orang malas bangun pagi di hari Senin. Tapi berbeda dengan Cakra. Baginya hari Senin itu hari yang menyenangkan. Dia bisa menghabiskan waktu di kantor atau bertemu kolega yang hanya membahas perihal pekerjaan.

Pukul 07.00, Cakra sudah tiba di kantor. Tiga puluh menit sebelum jam masuk kerja. Menyenangkan datang saat orang lain belum sampai. Hanya ada satpam ruko dan Office Boy kantor  yang menyapanya.

Nama PT. MULTI LABINDO tertera di depan pintu masuk. Perusahaan ini baru berdiri tiga tahun terakhir. Bergerak sebagai supplier alat-alat laboratorium. Brand pertama dan andalan perusahaan ini berasal dari Amerika, NOEHLER namanya. Dulu, brand ini hanya mensuplai perusahan milik Pak Azhar di ibu kota. Kini, Cakra menyusul menjadi supplier selanjutnya. Dan mungkin akan segera diikuti oleh perusahaan-perusahaan serupa di daerah Bogor.  Seiring berkembangnya perusahaan yang dirintis berdua bersama Adin, brand lain mulai masuk di katalog perusahaan. Misalnya, baru-baru ini datang alat lab dari brand Vumex dari Canada juga Oiltex dari Inggris.

Cakra menjabat sebagai Direktur dan Adin wakilnya. Kemudian ada tiga divisi disini. Divisi Keuangan, Divisi IT dan Divisi Pemasaran. Masing-masing divisi hanya terdiri dari dua sampai tiga orang. Pegawainya belum banyak karena memang mereka baru merintis.

Cakra masuk ke ruangannya di lantai dua gedung yang merupakan gabungan dari dua ruko yang di satukan. Menyalakan mesin pendingin dan mulai menyalakan komputer yang berukuran 24”. Sambil menunggu komputernya siap digunakan, Cakra memilih membuat secangkir kopi pagi untuk menemaninya bertempur melawan pekerjaan hari ini. Dia terbiasa membuat kopi sendiri tanpa mengandalkan Office Boy.

“Pagi, Pak,” sapa Ari, Office Boy yang memang selalu datang satu jam lebih dulu dari yang lain. “Mau saya buatkan kopinya, Pak?”

“Seperti biasa, saya akan menolak. Cuma racikan tangan saya yang pas di lidah.”

Ari mengangguk sopan. Ia tahu meski setiap hari ia menawarkan diri untuk membuatkan kopi, Cakra akan memilih membuat sendiri.

Seusai membuat kopi, Cakra kembali ke ruangannya. Komputer di ruangannya sudah siap digunakan. Menyeruput kopi yang masih panas, seakan membuat awal yang penuh energi buat Cakra. Tangannya segera mengklik icon email perusahaan di desktop komputer. Sederet surat elektronik masuk, berjajar minta segera di baca.

Cakra membuka email pertama yang datang dari Amerika. Divisi keuangan NOEHLER sudah mengirimkan invoice pembelian barang yang sudah dipesan. Dengan teliti ia membaca setiap kalimat yang ada dalam invoice. Memastikan nominalnya tepat. Lalu email lain juga ia buka. Tak berbeda jauh, rata-rata semua surat di email perusahaan yang dipegang Cakra dan Adin, isinya adalah dokumen-dokumen dari perusahaan pemasok alat laboratorium di luar negeri.

Dua puluh menit menatap layar komputer sambil sesekali menyeruput kopi pagi, Adin datang dengan mengucap salam. Wajahnya terlihat lesu, matanya seperti mata panda. Baru saja duduk, ia sudah menguap.

“Kopi, Din?” Cakra menawarkan kopi saat melihat Adin beberapa kali menguap.

“Aku butuh tidur.” Adin menguap lagi.

“Kamu main game sampai subuh?” Cakra coba menebak.

Adin menggeleng.

“Semalam Zahro demam. Aku sama mamanya jadi bergadang semalaman.”

Lihat selengkapnya