Derap langkah semakin keras terdengar, dari jauh sesosok gadis dengan balutan seragam putih biru berlari mendekati rumah yang tampak reot, tak ada yang istimewa dari rumah kecil itu, rumah yang hanya beratap seng dan berdinding papan dengan cat yang mulai mengelupas. senyuman renyahnya mengembang mengalahkan adonan donat yang biasa dibuat ibunya, manis seperti kue lapis itu yang sering ayahnya katakan ketika ia tersenyum lebar.
“ayah!” teriaknya pada sosok yang sedang sibuk dengan berbagai tanaman kaktus yang berjejer didepan rumah
“ ayah...hah..hah...kakak...lulus...”
“tarik nafas dulu kak” ucap pria paruh baya yang kini berdiri mengelus kepala gadis cilik itu penuh sayang. Gadis itu menarik nafas sedalam dalamnya dan kembali tersenyum.
“ayah, kakak lulus seleksi dan minggu depan kakak bakalan ikut O2SN, mimpi kakak jadi pelari tercepat sebentar lagi terwujud.” Ucapnya sembari berloncat-loncat dengan penuh semangat.
“yang bener kak?” tanya pria paruh baya yang disebut ‘ayah’ oleh gadis kecil itu, gadis yang bernama Asma Nur Aisyah mengangguk-anggukkan kepalanya dengan semangat. Sang ayah tersenyum bahagia mendengar keberhasilan anaknya.
“anak ayah memang yang paling hebat!” ucap pria paruh baya itu sembari memeluk anak yang kini telah tumbuh menjadi gadis kecil yang manis.
“ayo masuk, kita kasih tau bunda, pasti bunda bakalan senang dengar berita bahagia ini.” Ucap sang ayah. “ ayah!!” jerit asma yang terkejut ketika tubuhnya tak lagi menapak tanah, ayah nya menggendongnya seperti anak kecil, meletakkan nya tepat diatas pundak yang mulai ringkih dimakan usia.
“jejejeng...jejeng....perhatian-perhatian, calon juara dunia sudah pulang!!” teriak pria paruh baya yang biasa disapa ‘wak zaid’, sambil bernyanyi dengan nada sumbang, ayah dan anak itu memasuki rumah kecil mereka.
“ada apa sih ayah, kok kakak di angkat-angkat begitu?” tanya wanita manis yang tak lain adalah istrinya.
“yah, kak asma kan udah besal, kok digendong gitu sih, masa umal enggak.” Celoteh anak laki-laki berparas tampan dengan lesung pipi dikedua sisi wajahnya.
“ hey jagoan cengeng, ayah kan lagi pawai sama juara dunia,jadi adek gak boleh iri.” Ucapnya dengan sumringah
“ayah turunin kakak, kakak kan udah besar, udah kelas dua SMP, malu tau kalo sampe ada yang liat, lagian lombanyakan belum antar negara ayah”cecar Asma yang mulai risih dengan tingkah ayahnya.
“iya deh,” akhirnya sang ayah menyerah.
“bun, minggu depan kakak mau ikut lomba lari, doain ya biar kakak bisa menang.” Ucap Asma penuh semangat. Bunda tersenyum hangat dan mengelus rambut putrinya penuh sayang
“bunda selalu berdoa yang terbaik buat kakak.” Ucapnya lembut. “mandi sana, nanti kesorean” timpalnya.
Tak ada yang kurang dalam kehidupan seorang Asma, kasih sayang yang berlimpah, teman-teman yang baik, dan guru-guru yang selalu mendukungnya, kekurangan materi tak lantas membuatnya bersedih, karena baginya dia sudah kaya dengan semua kasih sayang yang Allah limpahkan pada nya, cukup syukuri dan jalani. Jangan sampai senyum lepas dari wajahmu, karena bila senyum menghilang maka dunia dan seisinya akan bersedih, itu kata bundanya Asma,hehehe.
“ ayah lagi ngapain sih?, dari tadi ngeliatin kaktus terus.” Tanya Asma sembari duduk disamping ayahnya yang sedang memandangi tanaman yang menjadi mata pencariannya.
“ kakak tau gak, kalau kaktus itu istimewa?” Tanya sang ayah
“hemm, enggak.” Asma menggelengkan kepalanya. Sang ayah menarik nafas dan kembali menghembuskannya.
“ Asma tau gak kalau kaktus itu tanaman tangguh, dia bisa hidup meski ditempat yang sangat panas,tidak haus perhatian, percaya diri,penyabar dan pandai menjaga diri” wak zaid berhenti sejenak dan kembali melanjutkan penjelasannya.
“ kaktus sabar menunggu bunganya mekar, kaktus gak malu walau dia punya kekurangan, dia gak putus asa untuk tumbuh walaupun dia dijauhi karena durinya.”
“kakak tau kan setiap tumbuhan disiang hari itu mereka menghasilkan oksigen dan pada malam harinya tumbuhan mengeluarkan karbondioksida yang gak baik buat manusia, tetapi beda hal nya dengan kaktus, entah itu siang atau malam kaktus akan tetap menghasilkan oksigen yang baik untuk manusia,hebat kan?.”
“keren, ayah kok bisa tau sih,ayah hebat iih” Asma sumringah mendengar penjelasan dari ayahnya
“ ya hebatlah, wong ayah bisa komunikasi sama kaktus.” Ucap wak zaid bangga, keduanya tertawa bahagia
“ tapi dari cerita ayah tadi, ayah mau kakak ngerti...”