“Mar, Asma sadar!!, jari nya gerak mar!!.” Teriak nya yang membuat seisi ruang menatapnya dan Asma bergantian. Dan benar saja, jemari lentik itu bergerak.
“Ya Allah, Asma,ini bunda sayang.” Bu Maryam segera mencium kening sang putri. Kebahagiaan membuncah dalam hati nya.
“Nada tolong panggil dokter.”air mata tak henti mengalir membasahi pipi tirus itu. Anak nya sadar, buah hati nya kini tengah berjuang mencari kesadarannya.
Perlahan mata itu mulai bergerak, mencoba meninggalkan kegelapan yang menemaninya beberapa hari ini.
“a...a...yah.” suara itu akhirnya terdengar meski lirih.
“bunda disini sayang.” Ucap Bu maryam menggenggam jemari putrinya, tangis bahagia tak lagi bisa dibendung, Tuhan menjawab doanya, putrinya hidup, putrinya selamat. Dan hati nya tak henti mengucap syukur.
“Kakak, Ini bunda nak.” Lirih nya seraya mengelus kepala putrinya dengan sayang.
Perlahan namun pasti, mata itu terbuka.
“a...ayah...” kata itu kembali keluar dari bibir Asma.
*************
Senja mulai mengintip malu – malu dari balik tirai jendela kamar rawat Asma ketika seorang dokter dan perawat datang dengan tergesah – gesah mendengar bahwa pasien yang selama sepuluh hari koma kini telah sadar.
“ Dokter anak saya sudah sadar.” Sang dokter mulai memeriksa keadaan Asma yang masih terlihat sangat lemah.
“Bagaimana keadaan anak saya dok?.”
“Alhamdulillah bu, Asma baik – baik saja, hanya saja saat ini Asma belum bisa banyak bergerak karena bekas operasi nya masih rentan, dan sebisa mungkin jangan biarkan Asma setres.”
“baik dokter saya mengerti.”
“kalau begitu saya permisi bu.”
Semua orang yang ada didalam ruangan kini bisa bernafas lega, terutama Bu maryam, rasa nya awan mendung sudah terlalu lama menyelimuti hati nya, kini mataharinya telah terbit kembali seolah memberi kehangatan untuk menyembuhkan luka yang kian dalam.
“Bu...bunda.” lirih Asma
“ iya sayang, ada yang sakit nak?.” Tanya Bu maryam memastikan keadaan putrinya. Asma menggeleng agar bunda nya berhenti mengkhawatirkan dirinya.
“Liat kak, disini ada Umar, Bude Lilik,Nada, Dewi, Lita sama Ayu. Meraka datang buat jenguk kakak.”
“Iya, kita senang liat kamu udah sadar ma, jangan sakit – sakit lagi ya.” Ucap Ayu dengan logat jawa nya yang kental. Sementara Nada tak kuasa menahan tangis bahagia nya.
“jangan buat kita takut lagi ma,jangan sakit lagi...” Nada memeluk erat sahabatnya itu, Nada lupa dengan perban yang masih lekat melilit tubuh sang sahabat.
“aauuw!.” Jeritan Asma membuat Nada sadar dengan kondisi sahabatnya yang belum sepenuhnya pulih.
“walah udah Asma nya kan baru sadar, jangan diusel-usel dulu dong.” Omel bu Lilik
“kita kan lagi senang bulek.”
“ benar kata bude, Asma kan baru sadar, badan nya juga masih belum sembuh,biarin Asma istirahat dulu ya, lagian ini kan udah sore nanti kemaleman loh sampe rumah, Medan – binjai kan lumayan jauh nak,bunda takut nanti ada apa-apa sama kalian dijalan” Ucap Bu maryam
Keempat teman dekat Asma itu pun mengangguk mendengar ucapan Bu maryam, setidak nya besok – besok mereka bisa menjenguk Asma lagi.
“ yaudah kalo gitu Dewi pesan Grab dulu deh.”
“ Kak Asma kok lama banget sih tidur nya.” Tanya Umar yang sejak tadi diam karena sibuk meminum susu nya.
“ Kak Asma menang gak lomba lali nya, Umal mau liat piala nya dong kak.” Ucapan Umar seolah menyadarkan Asma yang sejak tadi hanya diam tersenyum melihat sahabat-sahabatnya bercengkrama. Raut mendung menghiasa wajah yang saat ini penuh memar dan goresan – goresan kecil. Sang bunda yang menyadari hal itu lantas mencoba mengalihkan pembicaraan.