Asma termenung dalam duduk nya, melewatkan apa yang bunda nya ceritakan, raga nya memang ada bersama sang bunda tapi pikiran nya berkelana entah kemana. Namun lamunan nya buyar ketika suara yang tak asing mengganggu telinga nya.
“Kak Asma!.” Umar yang ada di gendongan dokter saiful pun melambaikan tangan mungil nya, dibelakang terlihat Nada dan Dewi berjalan mengikuti langkah dokter saiful.
“Assalamualaikum Bunda.” Ucap Nada dan dewi berbarengan.
“Waalaikumussalam.” Jawab Bu maryam.
“Nah, Umar sekarang dokter mau balik kerja dulu ya, nanti kita main lagi, oke.” Ucap dokter saiful seraya menurunkan Umar dari gendongan nya.
“Maaf ya dok kalau Umar merepotkan.” Bu maryam merasa tidak enak hati dengan dokter saiful. Dokter saiful tersenyum mendengar ucapan Bu maryam. “ tidak apa bu, lagian tadi saya lagi gak ada kerjaan, yah hitung-hitung mengisi waktu luang bareng Umar. Iya kan Umar?.” Tanya dokter saiful pada Umar yang kini berdiri disamping kakak nya.
“Iya, nanti kita main lagi ya doktel, sama tante Indah juga.” Cerocos Umar.
“Tante Indah?.” Bu maryam mengernyit bingung
“Istri saya bu, dia suka dengan anak kecil, jadi waktu saya cerita tentang Umar, dia buru-buru datang ke sini, kata nya mau kenalan sama malaikat kecil.” Ucap dokter saiful seraya tertawa
“Umar itu bukan malaikat dokter tapi raja ompong.” Timpal Asma yang hendak menjahili adik nya.
“Iiis, kak Asma jahat,Umal gak mau kawan sama kak Asma lagi.”
“yang bener, nanti nangis kalo kakak tinggal.” Ganggu Asma
“Iya, sana kakak pelgi, Umal main sama tante Indah aja, dia baik, cantik lagi enggak kayak kak Asma.” Bela Umar
“Ya udah, yuk Dewi, Nada, kita pergi aja, nanti kita beli es krim yang banyak,Umar gak usah kita kasih.” Ancam Asma seraya hendak menggerakkan kursi roda nya.
“Aaaaaaa, bunda kak Asma jahat.” Teriak Umar seraya mengadu pada bunda nya.
“Idih cengeng, masa laki-laki tukang ngadu.” Ejek Asma
“Aaaaaa, Umal pukul ni.” Ancam Umar mengangkat tangan hendak memukul Asma.
“Umar.” Sang bunda mengingatkan. Umar menunduk dengan mulut manyun nya.