“Itu tadi siapa sih?, kok bikin naik tensi orang aja.” Tanya dewi kesal seraya mendudukan bokong nya pada kursi. Mereka kembali ke ruangan sebelum suster menjemput Asma, dan sepanjang jalan mereka meluapkan kekesalan akibat ulah ‘alien nyasar’ yang tak lain adalah Fattan.
“Dasar alien nyasar.” Gerutu Asma.
“Heran deh, setiap ketemu sama itu orang pasti selalu bikin kesel.” Oceh Asma dengan kesal
“Emang kalian saling kenal?, kok bisa ma?.” Tanya dewi antusias, jiwa kepo nya seketika bangkit dari alam kubur.
“Iya, jadi ceritanya tadi pagi itu si alien nyasar ke ruangan ku, songong banget sumpah, mana air minum yang bunda bawa khusus buat aku ni ya diminum sama dia, kan apa gak palak kali kurasa, pengen kali ku retak kan kepala nya.” Geram Asma. Nada tersenyum mendengar omelan sahabat nya itu.
“Iya nanti ku bantu lah ma kalo kau mau nepuk kan kepalanya, kita rebonding sekalian rambut nya itu biar gak tegang lagi ya kan ma.” Timpal dewi.
“Hahaha, iya abis itu kita pangkas kan rambut nya, biar botak sekalian.” Asma tertawa lepas bersama sahabat nya.
“Umal pun mau ikut pangkas lambut abang itu .” Umar yang sejak tadi menjadi pendengar setia kini ikut meramaikan suasana.
“Apa sih yang gak boleh buat adek ganteng kak dewi ini.” Ucap dewi seraya menjawil dagu mungil Umar.
“Jangan colek-colek, nanti dosa kak dewi.” Sewot Umar dengan gaya sok dewasa nya. Mereka tertawa bersama, untuk sejenak melupakan lara yang menguras tenaga dan emosi.
Dari balik pintu Bu maryam tersenyum bahagia, hati nya terasa hangat ketika melihat anak-anak nya kembali ceria, bagi orang tua, kebahagiaan anak adalah segala-gala nya, sebanyak apapun duri yang ia pijak, tidak akan terasa sakit jika dia bisa melihat senyum bahagia dari wajah anak-anak nya.
“Assalamualaikum,seru banget sih didalam, ketawa nya kedengaran sampai keluar loh.” Ucap Bu maryam seraya menutup pintu.
“Waalaikumussalam.” Jawab mereka bebarengan.
“Bunda udah balik?.” Tanya Asma
“Udah, kalian kok gak tunggu suster Ike jemput?.” Tanya bu maryam penasaran.
“Gak apa-apa bun, kakak bosen aja diluar.” Jawab Asma, dan dibalas oleh anggukan kepala bu maryam.
“Ma, ini awak ada bawa buku sama pinsil mana tau kau suntuk disini.” Nada menyerahkan sebuah buku dan pinsil kepada Asma.Nada mengerti, selama Asma dirawat disini, pasti Asma merasa bosan,dan sebagai ganti dirinya yang tidak bisa selalu bersama Asma disini, dia berinisiatif untuk memberikan buku yang sengaja dibeli nya sebelum datang kesini.
Asma tersenyum lebar. “Makasih banyak ya Nad.” Asma sangat bahagia menerima pemberian sederhana dari sahabat nya itu.
“Aku juga bawa rambutan ni, nenek ku baru panen kemarin.” Dewi segera mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel nya.