Kala

Mizan Publishing
Chapter #3

TIGA TANGAN BESI

“Selama sepuluh tahun Caesar memimpin dengan tangan besi. Lalu, dengan kaki kayu. Dan akhirnya dengan seutas benang.”

Kami duduk di ruangan dengan temperatur lebih manusiawi. Kata Jimmy Jambul, inilah ‘[A]komodasi sudah tersedia berupa satu buah bilik dengan tiga kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang duduk, dan satu dapur’ yang dia maksud dalam suratnya. Meskipun aku ingin langsung mencari kamarku, aku memutuskan untuk jadi anak manis dan diam di ruang duduk bersama para manula (Luna dan Power Bank) dan Bocah Jangkrik Masa Depan (Jimmy Jambul). Ruang duduk ini, sayangnya, enggak dirancang untuk membuat penghuninya merasa nyaman. Sofanya empuk dan nyaman, ada televisi besar di depannya, dan di pojok ruangan ada lemari besar berisi buku-buku. Tapi semua furnitur di sini, seperti juga dinding dan lantainya, berwarna putih terang. Itu semua membuatku sakit mata. Tapi aku mencoba untuk bersikap tabah seperti musang.

Jimmy Jambul sepertinya masih ngambek dengan perlakuan Om tadi padanya. Dia duduk di pojok ruangan sambil menggerutu soal program komputer. Kami diberi teh panas dan kue cokelat yang di dalamnya ada cokelat meleleh. Kami, maksudnya aku dan Luna, karena Pino enggak makan kue atau minum teh.

“Tambah,” kataku kepada Jimmy Jambul. Ia melempar pandangan dingin kepadaku, tapi menurut dan mengambil kue lain.

Sekarang, aku buru-buru beralih kepada Pino Si Power Bank Pendiam. Ruangan itu cukup luas, dan dapur dipisah dengan dinding dari ruang duduk. Aku mau bicara tanpa didengar antek-antek Krionik. “Oke, jadi tadi apa maksudnya? Om-om tadi itu … kamu?”

“Saya kurang tahu.” Pino menggeleng. “Tapi, saya bisa mendeteksinya. Dan komposisinya, struktur tubuhnya … semuanya hampir sama dengan saya, kecuali beberapa modifikasi yang saya duga dikembangkan dalam tahun-tahun mendatang.”

“Tahun-tahun mendatang? Maksud kamu, mereka datang dari masa depan?”

“Saya yakin.” Ia mengangguk tegas —gerakan yang jarang ditunjukkan Pino Power Bank Pendiam yang Suka Malu-Malu. “Semua teknologi ini … semuanya datang dari tempat yang belum pernah saya datangi, ingat? Saya menduga teknologi ini bukan berasal dari masa kita. Teknologi ini berasal jauh di depan.”

Aku memandang Luna. “Apa itu mungkin?”

Luna tampak ragu. “Eh … entahlah. Mungkin? Saya kurang paham. Tapi, kalau sihir bisa mengotakatik tempat, mungkin saja sihir bisa mengotak-atik waktu juga. Entahlah. Saya belum pernah datang ke dimensi yang waktunya berjalan berbeda dengan dimensi utama.”

Aku membuka kotak pemanas yang diletakkan di meja. Ayam Billy mematuk-matuk begitu melihat dunia luar lagi. Aku agak melupakannya dari tadi, habis dia enggak bersuara.

“Apa yang kamu tahu soal ini semua, Billy?” tanyaku.

Billy mulai berkicau-kicau riuh. Kurasa, dia memberikanku jawaban panjang. Sayangnya, aku enggak memahami satu pun yang dia katakan. Telingaku yang malam lalu bisa memahami morse burung paling rumit sekali pun, sekarang hanya bisa mendengar CIP CIPCIIIIP CIP CIP CIPCIP.

Mungkin saja, malam itu aku hanya berkhayal. Namun, kami sampai di sini. Dan sejauh ini, semua yang terjadi sama persis dengan apa yang kudengar malam itu. Tapi, kenapa hanya malam itu? Kenapa aku enggak bisa mendengarnya lagi?

“Hei, Jambul!”

Jimmy Jambul mendelik sambil meletakkan piring kue.

“Kenapa kamu mengirim kode lewat jangkrik?”

“Program saya baru bisa berinteraksi melalui serangga. Jangkrik bersuara. Kalau saya kirim lalat atau nyamuk, mungkin akan kamu usir. Tapi, kamu tidak akan mengusir jangkrik.”

“Mungkin saja, kan? Pinokio membunuh jangkriknya dengan palu.” Aku menunjuk Pino.

Suara pintu terbuka. Langkah kaki terdengar. Kami mengalihkan perhatian ke pintu. “Om-om di laboratorium” masuk. Wajahnya lelah dan dipenuhi janggut. Dia duduk di depan kami dan melepaskan jas laboratorium. Dia memakai kemeja dan rompi rajutan, seperti bapak-bapak culun pada umumnya. Dari keculunan yang tampak, mungkin saja dia adalah Pino Si Power Bank Pendiam.

“Mesin waktu. Bukankah sudah banyak yang menerima gagasan ini? Bukankah sudah banyak yang yakin bahwa tindakan ini mungkin? Perkembangan ilmu fisika dan teknologi —itu saja, dan kita bisa menembus waktu.”

Aku mau menusuk mata dengan garpu karena gagal paham, tapi kuputuskan berhenti jadi bocah gengsian dan bertanya saja. “Mesin waktu bisa dibuat? Masa?”

“Secara teori, bisa. Kita melakukan perjalanan waktu setiap hari, bukan? Sejak tahun lalu, kamu menjalani perjalanan waktu selama satu tahun. Perjalanan waktu dengan kecepatan satu jam per jam. Ini yang dikatakan oleh seorang personel NASA. Dengan demikian, ada kemungkinan perjalanan waktu bisa dipercepat menjadi, misalnya, dua jam per jam, atau tiga bulan per jam.

“Teori Relativitas dari Einstein sulit dibayangkan karena teori ini membahas hal yang tidak kita alami sehari-hari. Tapi, teori ini menunjukkan kemungkinan dibangunnya mesin yang membantu kita melakukan perjalanan waktu dalam kecepatan berbeda. Bergerak maju —menuju masa depan— adalah sesuatu yang mudah. Pergi ke masa lalu —itu yang sulit.

Lihat selengkapnya