Kala Bulan dan Fajar

el tsuki
Chapter #2

Bagian 1 : Tentangmu (Sesi Bulan)

Kota X, menjelang 2004

Bulan : "Sama halnya seperti setiap aku didekatmu, seperti kini..."

Dikala semuanya sibuk bermain, di kelas yang kosong itu, pada meja kecil bercat kuning yang berada di baris ke tiga terdepan sisi kanan ruangan, aku disana... . Duduk ditemani peralatan sederhana, pensil yang telah diruncingkan dan sebuah buku gambar. Srek... srek... seakan dituntun oleh suatu kekuatan, tangan kananku terus menari di lembar putih itu. Menghasilkan garis demi garis, menghiasi buku gambar kecil itu. Tanpa objek dihadapanku, berlandaskan ingatan, garis-garis tersebut berkumpul membentuk suatu rupa. Rupa seorang pemuda kecil...

Srek... aku berhenti menggoreskan pensil, meletakkannya di sisi kanan meja, lalu mengangkat buku gambar dan mengamati goresan yang ku hasilkan. Wajah cemberutku muncul, mengamati gambar gagalku. Selalu pada gambar ini aku kesulitan menuangkannya, berbeda jauh dengan gambarku lainnya yang memang tak begitu cantik tapi selalu berhasil ku bentuk tak berbeda jauh dengan objekku. Mungkin karena objekku kali ini adalah kamu... objek yang tak mudah untuk ku abadikan dalam goresanku.

Belum habis konsentrasiku mengamati hal tak tepat apa kira-kira dari gambar sederhanaku, "Bulan...," suara familiar itu muncul.

Bergegas aku menutup buku gambarku dan menyembunyikannya di laci mejaku. Lalu aku bangkit dari kursi dan berbalik menemukan sosokmu, sang objek gambarku berdiri di pintu masuk ruangan. Kamu berdiri tenang dan tersenyum.

Aku Bulan... dan sosok yang masih berdiri disana adalah kamu, Fajar... seindah mentari dirimu. Sepasang mata hitam, hidung mancung, dan bibir berhias senyum, menunjukkan keelokanmu. Tampan... sebuah kata yang terpatri padamu. Semakin menarik dengan kulitmu yang putih, kontras dengan rambut hitam tebal sedikit bergelombangmu.

--

Aku melangkah penuh semangat, menyusuri lorong gedung sekolah, lorong yang ramai dengan bocah laki-laki dan bocah perempuan berseragam putih merah. Sepintas kulihat siluetmu, berada jauh didepan. Aku mempercepat langkah, melewati kerumunan, menyusuri koridor yang berhadapan dengan deret ruang kelas. Berdiri dihadapanmu yang berbalik seakan mendengar langkahku.

"Berdiri di hadapanmu, tersenyum melihatmu... bukankah ini bukan pertama kalinya, lalu kenapa hari ini kamu terdiam melihat kehadiranku? Apa mungkin kamu mengira aku masih marah atas kata-katamu tempo hari? Kata-kata yang entah mengapa dengan jahil kamu sampaikan," gema suara hatiku menari-nari.

Namun kamu diam, seakan membalasku.

Aku pun mengernyit, menautkan alis. "Mungkin karena kamu jenggah melihatku yang terus muncul di dekatmu? Mungkin kamu sedang bosan bermain?" aku merenung memikirkan alasanmu.

Lihat selengkapnya