Bukan kota X, 2014
Bulan : "Bawa, hanyutkan harapanku..."
Pergi... meninggalkan kota dimana kita berjumpa. Bagiku salah satu cara tuk mengejar bayanganmu atau justru perlahan melupakan. Mencari pada sisi yang bahkan aku tak tahu pasti dimana. Setelah bertahun-tahun menunggumu di sini, mencarimu tanpa ada hasil. Ku pikir dengan pergi dapat ku enyahkan perasaanku, akan dirimu yang tinggalkan ku sendiri. Bohong, aku tak bisa melupakanmu. Aku bahkan tak bisa bergerak maju mencari sosok lain gantikanmu...
Srek... halaman buku tebal itu kubalik perlahan. Menampilkan halaman yang tak berbeda jauh dengan halaman lainnya, penuh coretan aneka warna dan gambar kecil disudutnya. Aku tengah berkonsentrasi pada buku yang ku genggam tersebut. Fokus mempelajari materi yang akan dibahas kali ini, tak begitu mengacuhkan suasana ramai di sekelilingku. Hanya sesekali aku melirik sekilas dan berujar pendek pada Vian dan beberapa gadis lainnya yang duduk disekelilingku menyisakan sebuah kursi kosong di samping kananku. Aku masih berkonsentrasi pada bacaanku saat...
"Lan...," seruan mengagetkan itu membuatku teralih.
Aku mengintip dari buku yang masih setia ku genggam, mendapati Mara tersenyum dihadapanku seakan menanti reaksiku.
"Udah Ra, lo duduk aja. Ngak bakat ngagetin orang tau," Vian yang duduk dibelakangku menimpali sembari menahan geli, membuat Mara cemberut seketika dan segera duduk disampingku.
Mara masih menatapku yang kembali berkonsentrasi pada bacaanku, kemudian dia menoleh pada Vian yang tersenyum jahil. Seakan mengajukan protesnya namun...
"Pagi Ra...," seorang pemuda muncul dan berhenti didepan Mara.
Mara menoleh, "Hai Jar!" seru Mara ceria kembali.
--