Bulan: "Jejakmu yang ku harap..."
Sedalam itu dirimu merasuki-ku. Membuatku hanya mampu memikirkanmu. Tak peduli sosok lain disekelilingku bahkan dihadapanku, diriku seakan tersedot dalam lubang bayanganmu. Aku terseok antara merelakan diriku jatuh semakin dalam atau tetap mengambang mempertahankan pijakan kakiku didunia nyataku yang tanpa hadirmu.
Bel tak kasat mata pergantian perkuliahan telah bergema, segera koridor yang kosong dibanjiri derap langkah kaki dan berbagai celoteh. Aku, Mara dan Vian baru saja keluar dari ruang kelas. Kami berbaur diantara kerumunan, melangkah menyusuri koridor yang diapit deret-deret kelas. Diantara keramaian, desah tak semangat Vian terdengar pelan, dia mengernyit dan terlihat muram, berbanding terbalik dengan Mara yang ceria dan mengisenginya dengan menyenggol lengan Vian.
"Jalan-jalan yuk!" Mara berujar tiba-tiba.
Seketika aku dan Vian menghentikan langkah, menoleh heran pada Mara yang ikut berhenti melangkah tak kalah heran.
"Ke tempat biasa...," lanjut Mara dengan semangat.
Vian yang mengeluh sakit kepala karena pusing dengan materi perkuliahan tadi mengangkat kepala dengan semangat, seakan melupakan sakit kepalanya. "Oke juga." Vian tersenyum girang.
Aku mengernyit, tak tertarik bepergian kali ini. "Tapi...," aku berseru.
"Yaaah Lan," Mara berseru kecewa begitu juga Vian.
"Kalo lo ngak ikut, gue kecewa nih." Mara cemberut.
"Kalo lo ngak ikut, gue pikir-pikir dulu deh. Gue mau ke tempat teman gue di unit." Vian tak lagi ceria.
"Yaaah...," Mara mengeluh kecewa.
"Kan pacar lo ada," Vian menimpali.