Bulan : "Mengapa hujan turun? Menghanyutkan ku padamu, dirimu yang tak mampu ku hapus..."
Pagi ini begitu cerah seakan mentari menyapa setiap jiwa untuk tersenyum, namun tampaknya kecerahan ini berbanding terbalik dengan apa yang akan ku terima...
Aku berjalan menyusuri koridor, memasuki kelas yang belum terlalu ramai.
"Pagi...," sapaan biasa ku lantunkan pada Mara dan Vian yang sudah lebih dulu sampai di kelas.
"Pagi Laaan...," Vian berseru ceria sementara Mara justru menatapku dengan hening.
Aku menoleh pada Mara, dan mengernyit heran. "Ra... kok diam?" aku berseru.
Seakan baru menyadari, "Lo sakit?" Vian yang masih duduk dengan buku tebal terkembang dimejanya memajukan badannya, seakan menjadi pilihan sulit baginya jika harus berdiri.
Mara tak bergerak, "Ngak," dia menyahut datar.
Aku heran dengan sikap tak biasa Mara, begitu juga dengan Vian yang mengernyit. Aku masih berdiri dihadapannya, dan terkejut... Mara tiba-tiba berdiri lalu berjalan melewatiku. Dia terus berjalan menuju pintu, dan hilang diantara sosok yang berkerumun disana. Aku masih heran, lalu berbalik menghadap Vian yang juga tercengang. Kami saling bertatapan dan mengangkat bahu tak tahu ada apa gerangan.
Sudah beberapa menit berlalu, namun Mara belum juga muncul. Aku menoleh pada Vian yang sibuk mencoret-coret secarik kertas, lalu berganti pada pintu yang kosong ditinggal pengerumunnya. Aku berdiri, dan melangkah keluar. Baru beberapa langkah aku melewati pintu itu...
"Lan...," suara itu muncul dari koridor kananku.
Aku menoleh, mendapati pemuda itu berdiri seorang diri dan tampaknya baru saja sampai. "Mengapa dia disini? Dia tidak dengan Mara?" aku menatapnya bingung.
"Mara udah dateng?" dia bertanya.