Bulan : "Dalam hujan, seperti kemaren..."
Perkuliahan hari ini telah berakhir, kelas pun telah bubar, namun Vian dan Mara masih duduk disana memperhatikan keramaian kelas yang terus menyurut. Sekarang hanya tinggal mereka berdua disana, Mara duduk pada salah satu bangku sisi kanan terdepan dan Vian mondar mandir di sisi kiri. Keheningan kelas itu semakin terasa tanpa ada percakapan antar mereka, hanya suara langkah Vian yang terdengar.
Sementara itu aku baru saja menuruni anak tangga yang berada di sudut koridor seusai kelas perkuliahanku sesi ini, kelas yang berbeda dengan Mara dan Vian. Seperti biasa aku melangkah hendak menuju ruang kelas dimana Mara dan Vian kini berada. Nyaris sampai di ruangan dimana Vian dan Mara berada, entah kenapa perasaanku tak tenang. Aku pun memelankan langkah. Tak lama, hanya berjarak sekitar dua langkah dari pintu ruangan itu, sayup terdengar suara Vian dan Mara.
Aku berhenti melangkah. Lalu krrr... suara gesekan kursi terdengar, seperti seseorang menariknya pelan. Kemudian... "Lo kenapa sih Ra?" suara Vian terdengar. Mungkin dia-lah yang duduk pada salah satu bangku disana, mungkin di sisi kanan Mara.
Sesaat hening, lalu... "Gue ngak kenapa-napa kok," suara pelan Mara menyahut.
Krek... suara pelan meja kembali muncul, tampaknya seseorang meletakkan kedua tangannya disana, memberi sedikit tekanan. Suara itu memecah keheningan yang lagi lagi timbul, kemudian... "Trus kenapa lo ngehindar terus kayak gini?" kembali suara Vian muncul.
"Gue ngak ngehindar. Biasa aja," suara pelan Mara kembali menyahut.
"Ra...," Vian kembali bersuara. "Gue udah kenal lo lama. Lo bukan tipe yang bakal diem-diem an kayak gini. Kenapa sih? Lo ada masalah?" serunya kembali.
Suara khawatir Vian terdengar jelas. Aku mendekat, lalu bersandar pada pintu ruangan. Entah mengapa aku merasa sebaiknya aku tak masuk dan hanya mendengarkan dari sini. Aku mengintip siluet Vian dan Mara melalui kaca buram pada pintu. Sayup suara percakapan mereka kembali terdengar, Mara yang diam sebelumnya kembali bersuara. Namun apa? Seakan menjawab firasat kata-kata tersebut meluncur.
"Ada! Puas lo," maki Mara cukup keras, diiringi suara gebrakan pada permukaan meja.
--