Kota X, 2004
Fajar : "Meninggalkan bumi dimana aku tumbuh..."
Putaran waktu yang berlalu, tak terasa pertemuan kecil kita mampu bertahan sejauh ini. Dirimu seakan melengkapi, hadir membuat hari melelahkanku lenyap. Dalam balut sinarmu yang meski harus bersaing kilau cahaya lainnya, dirimu selalu muncul, dalam ketulusanmu. Dirimu, sosok sepintas yang ku anggap seperti yang lainnya. Sosok yang tak pernah ku tahu bagaimana aku dimatamu...
Segerombol anak laki-laki berlarian melintasi barisan meja dan kursi, terus hingga depan ruang kelas dan berlalu melalui pintu di ujung kanan depan ruangan. Dengan suara langkah dan tawa mengiringi jalur yang mereka lalui, seakan saling bersaing dengan bising obrolan diberbagai sisi. Sementara beberapa anak perempuan duduk membentuk kelompok kecil di sisi kiri tengah, namun tanpa buku ataupun kertas terkembang, justru celoteh girang yang mewarnai. Diantara keriuhan suasana kelas, aku duduk diam di baris depan sisi kanan, posisi yang sedikit menjorok dari pintu kelas. Srek... aku membalik halaman sebuah buku dihadapanku, ensiklopedia dengan gambar dan rincian sederhana yang ku pinjam dari perpustakaan tadi. Namun tak lama, konsentrasiku buyar...
"Fajar...," seseorang memanggilku.
Aku berpaling, seorang gadis berdiri di depanku dengan mendekap kertas-kertas. Gadis itu ketua kelasku, gadis ramah dan selalu tersenyum. Kali ini pun dia tersenyum, "Kamu sudah bikin PR mengarang?" ujarnya.
Aku menurunkan ensiklopediaku, "Sudah," menanggapi pertanyaannya.
Gadis itu menghela nafas, "Hari ini bu guru tidak masuk. Ibu memintaku mengumpulkan PR mengarang. Boleh ku minta PR-mu?" dia menjelaskan dengan suara lembut.
"Ya." Aku meraih buku cetak pelajaran di laciku, membuka halamannya dengan lembar kertas terselip disana. "Ini," aku mengangsurkan kertas itu.
Dia meraihnya, tampak berpikir entah apa, "Hmmm... ."
"Kamu tidak membawa ke ruangan guru?" entah mengapa otomatis aku berkata.