Bukan kota X, 2014
Fajar : "Diantara berbagai wajah, aku tak menemukan..."
Seiring waktu yang mengalir, berbagai wajah silih berganti. Berbagai gadis muncul entah sekedar singgah atau berharap menetap. Selama itu pula entah mengapa hatiku seakan terkunci. Tak satupun yang membuatku menoleh tak peduli seberapa luar biasa menariknya mereka. Aku tak tahu, apakah putaran waktu mengunci hatiku atau aku sendiri yang memilih menguncinya. Entahlah, mungkin saja jawaban itu sendiri jauh tenggelam didasar hatiku dan entah bagaimana caraku kelak membuka kuncinya. Namun seberapa aku berpaling, anehnya ada debaran yang muncul. Seakan berbisik... "Itulah jawabannya...," dan memaksaku mengoyak ingatanku.
Aku berjalan menyusuri koridor yang diramaikan dengan lalu lalang mahasiswa/i dari berbagai penjuru. Beberapa langkah yang ku tempuh, muncul kelebat berjalan cepat dari lorong belakangku, kelebat yang kemudian memasuki ruang kelas yang baru saja ku tinggalkan. Kelebat itu seorang gadis dengan rambut bergelombang kecoklatan sepunggung, menyeruak pada ruang kelas yang mulai kosong itu. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, seakan mencari sesuatu atau seseorang. Beberapa pemuda berjalan menuju pintu dibelakang gadis itu, berhenti dan dengan semangat menyapanya. Namun gadis itu mengacuhkan mereka. Gadis itu berlalu menuju sisi kiri ruangan, melewati baris pertama menuju baris-baris berikutnya. Ekspresi herannya bertahan, tatkala dia berhenti di sebuah meja baris ke tiga yang kosong.
Seorang gadis di meja baris ke empat yang usai membereskan buku-bukunya meraih ransel, lalu berdiri dan akan berbalik pergi namun... "Lo lihat Fajar?" gadis berambut coklat itu mencegat sang gadis pendek berkacamata.
Gadis berkacamata itu berhenti, menoleh pada gadis yang menghadangnya. Sedikit kesal, "Hmmm... udah keluar barusan," dia kemudian menyahut.
"Barusan?" gadis berambut coklat itu bergumam, sementara gadis lawan bicaranya berlalu meninggalkannya.
--
Setelah terdiam beberapa saat seakan memikirkan suatu strategi, gadis berambut kecoklatan itu kemudian berbalik dan melangkah cepat menuju pintu yang dia masuki sebelumnya. Namun langkahnya terhalang, beberapa gadis berada dihadapan pintu itu membentuk barisan seakan menanti pemeriksaan tiket keluar. Gadis berambut kecoklatan itu mendelik, lalu seakan begitu tergesanya dia tanpa aba-aba dia melaju, menabrak antrian, termasuk gadis berkacamata tadi. Gadis berkacamata itu menoleh dan berseru kesal, namun seperti sebelumnya gadis berambut kecoklatan itu terus melangkah cepat, tak memperdulikan si gadis berkacamata.
Gadis berambut kecoklatan itu sudah berada diluar, dia menoleh-noleh pada koridor dengan deret-deret ruangan dikirinya itu. Dia mengernyit tak menemukan yang dia cari, dia pun berpaling ke kiri dan melangkah. Dia sesekali memperlambat langkah dan berhenti, menenggok-nengok setiap pemuda yang berjalan bergerombol atau berbincang didepan dinding ruangan ataupun di dekat pilar. Namun sosok yang dicari belum tampak, dia pun berbalik mengira mungkin sosok yang dia cari secara ajaib justru berada dibelakang, namun lagi dia tak menemukannya. Dengan raut kesal dia kembali berbalik dan mempertajam mata.