Kala Bulan dan Fajar

el tsuki
Chapter #13

Bagian 6 : Lorong (Sesi Fajar)

Fajar : " Serpihan rasa yang mengekang..."

Disisi kanan atas pada deret meja paling ujung, meja yang nyaris dipenuhi tumpukan kertas berbundel dan buku-buku lebar lagi tebal, aku meraih sebuah amplop yang berada ditumpukan teratas. Aku membalik, menelisik amplop putih dengan lem yang masih merekat itu. Terdapat stempel dengan logo dan tulisan salah satu unit kegiatan yang tampaknya baru masuk hari ini. Aku membuka lem amplop tersebut, tepat saat aku akan mengeluarkan surat dari amplop ditanganku itu, beberapa gadis muncul. Langsung memasuki ruangan dan tanpa ragu menuju mejaku.

"Permisi kak...! Kita mau minta tanda tangan," seru salah seorang sembari mengangsurkan sebuah buku bersampul ungu.

Aku menoleh ke kanan, namun dua pemuda yang sebelumnya berada didekat lemari arsip telah menghilang. Mungkin karena aku terlalu berkonsentrasi aku tak menyadari sejak kapan mereka pergi. Aku berpaling, meraih buku itu, dan membubuhkan tanda tangan di sebuah kolom kecil. Baru saja goresan penaku berhenti, gadis-gadis lainnya turut mengangsurkan buku mereka. Satu per satu buku itu selesai ku tandatangani, menyisakan satu buku ditanganku.

 "Hmm... kak buat buku keanggotaan ini katanya boleh cari kakak pembimbing, kita sama kakak aja ya?" salah seorang lainnya menyambung.

"Sama yang lain aja," aku menutup buku itu lalu mengembalikannya.

"Yang lain kayaknya udah ada kak, nah kita sama kakak aja deh," gadis tadi berujar, tak ingin menyerah.

"Kalian boleh nanya-nanya tapi saya ngak ambil adek bimbingan," sahutku formal, sementara mereka menunjukkan wajah kecewa.

Aku melirik sesosok yang muncul dari pintu yang terbuka. Tampak Niko disana, bergerak menuju sebuah meja dihadapanku. "Nik, Nih... Biasa, tanda tangan," aku memanggilnya, membuatnya menoleh.

"Tuh..., kalian minta tanda tangan dia." Kemudian aku berdiri masih dengan amplop ditanganku. Sementara gadis-gadis itu merengut antara kesal dan kecewa.

--

Aku terus melangkah dan memutuskan duduk-duduk di taman kecil samping ruangan unit dengan sebuah pohon besar menaungi. Aku duduk pada salah satu bangku semen yang terlindung kerindangan pohon. Aku membuka amplop yang ku genggam, mengeluarkan secarik surat ber-kop resmi dan berstempel. Aku baru saja membaca surat tersebut ketika konsentrasi ku teralihkan oleh Niko yang muncul secara tiba-tiba dan langsung duduk pada bangku kosong di kananku. Aku hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan aktifitasku.

"Lo ga boleh gitu," tanpa aba-aba dia langsung berkoar.

Lihat selengkapnya