Fajar : "Sebuah nama yang muncul, mungkinkah bagian darimu?"
Aku melangkah melintasi koridor, tepat saat seseorang melewatiku dengan langkah terburu-buru dan kini hanya berjarak beberapa langkah didepanku. Buku-buku ditangannya yang biasanya membuatnya cukup kesulitan nampaknya kali ini tak bisa menghentikan langkah semangatnya. Namun kemudian bruk... seorang gadis berjaket denim muncul dari sisi kiri, melaju sama terburu-burunya dan menabrak gadis dengan buku tersebut. Mereka jatuh bersamaan dengan suara cukup keras. Aku melangkah mendekat tepat saat gadis berjaket denim berdiri dengan kesal kemudian berlalu tanpa niat membantu gadis yang dia tabrak.
Aku memunguti beberapa buku yang berada cukup jauh dari jangkauannya, buku yang terjatuh di sisi kirinya.
Dia yang tengah menumpuk buku menoleh, sedikit terkejut dengan kemunculanku. "Em... makasih," ujarnya kemudian.
Aku mengangguk singkat saat dia akan meraih buku ditanganku. "Kaki lo luka?" seruku menyadari lutut celana jinsnya sedikit kotor oleh tanahÂ
"Em...," dia menunduk, mengernyit menyadari serpihan tanah yang menempel, dia pun menepuk-nepuk serpihan tanah tersebut, membuatnya berjatuhan.
"Lo sendirian? Gue bantu ya," seruku mengamati tumpukan buku ditangannya.
"E... ngak pa-pa, gue bisa sendiri kok," dia memperbaiki kacamatanya dan akan meraih buku ditanganku.
"Udah... lo jalan aja, biar gue yang bawa ini," aku memindahkan buku ditangan kananku ke tangan kiri, lalu meraih buku-buku lain ditangannya, membentuk suatu tumpukan yang pasti cukup berat jika dia harus membawanya apalagi dengan kondisinya sehabis terjatuh tadi.
Dia terlihat sedikit bingung, namun kemudian... "Em... makasi," dia berujar dengan gugup.
"Lo kebanyakan makasih ya," seruku.
"Em... em...," dia terlihat bingung.
"Ayo... ke perpus?" sahutku.
"Iya," serunya.
--